SastraNusa-Soetanto Soepiadhy membacakan sajak-sajak dalam buku ‘Disebabkan oleh Angin’ karya teman karibnya yaitu W.S Rendra pada acara yang diselenggarakan oleh FORSIP (Forum Silaturahim Sidayu Peduli).
Selama kurang lebih 40 menit budayawan asal Kota Surabaya itu membacakan puisi dengan karakter suara yang berbeda yang cukup memukau para penonton yang memadati basecamp FORSIP malam itu.
Sebelumnya beberapa tamu undangan juga ikut membacakan puisi dengan karakter masing-masing mulai dari Gus Nu’man Suhail Ketua FORSIP, Cak Ro’in Budayawan Sidayu, M. Lutfi Sekjen Dewan Kebudayaan Gresik, Ali Khumaini dari Komunitas KOTASEGER dan Cak Dayat
Acara bertajuk Ngaji Seni dan budaya yang diselenggarakan oleh Forum Silaturahim Sidayu Peduli (FORSIP) pada Sabtu malam 31 Agustus 2024 bertempat di Basecamp FORSIP jalan telaga rambit desa Sidomulyo Sidayu.
Sebelum acara dimulai ada acara ngaji kitab yang disampaikan langsung oleh Gus Nu’man Suhail, setelah itu baru acara pembacaan puisi, penutup kegiatan dengan Orasi budaya atau diskusi budaya masa kini.
Dalam dunia sastra Indonesia, nama W.S. Rendra tidak asing lagi sebagai salah satu sastrawan terbesar yang pernah ada. Karya-karyanya tidak hanya menggetarkan hati para pembaca, tetapi juga mempengaruhi banyak generasi penulis dan penyair.
Namun, di balik kesuksesan Rendra, terdapat sosok penting yang sering kali luput dari perhatian publik: Soetanto Soepiadhy, seorang teman karib dan rekan kerja Rendra yang memiliki peran signifikan dalam dunia puisi.
Penulis akan menjelajahi peran dan kontribusi Soetanto Soepiadhy dalam pembacaan puisi dengan fokus pada teknik penggunaan empat karakter suara dalam penampilan puisi bersama FORSIP Sidayu.
Soetanto Soepiadhy, Sebuah Pengantar
Soetanto Soepiadhy adalah seorang Budayawan yang mempunyai gelar Doktor pada ilmu tata Negara ahli Hukum yang berkontribusi secara signifikan dalam dunia hukum, teater dan puisi di Indonesia. Lahir di Gresik dan dibesarkan dalam lingkungan yang kental dengan budaya dan seni di Kota Surabaya.
Soetanto mengembangkan minat dan keterampilan di bidang akting dan puisi sejak usia muda. Selama bertahun-tahun, ia membangun reputasi sebagai seorang ahli Hukum tata Negara dan merupakan pakar Hukum serta beliau pembaca puisi yang ulung, dan karyanya sering kali dianggap sebagai jembatan yang menghubungkan dunia Hukum, teater dan puisi.
Kolaborasi Soetanto dengan W.S. Rendra dimulai pada awal 1970-an, ketika keduanya bertemu di lingkungan teater Jakarta. Rendra, yang dikenal sebagai “Si burung merak” menghargai keterampilan akting Soetanto dan melihat potensi besar dalam kemampuannya untuk membawa nuansa baru dalam pembacaan puisi.
Kolaborasi mereka kemudian menghasilkan berbagai penampilan yang mengesankan dan memukau penonton.
Empat Karakter Suara dalam Pembacaan Puisi
Salah satu teknik yang paling menarik dalam pembacaan puisi Soetanto adalah penggunaan empat karakter suara. Teknik ini tidak hanya menunjukkan keterampilan akting dan pembacaan yang luar biasa, tetapi juga menambah kedalaman dan makna pada puisi yang dibawakan.
Mari kita telaah lebih dalam bagaimana teknik ini diterapkan dan apa dampaknya pada pengalaman audiens.
- Penggunaan Suara untuk Menciptakan Karakter
Dalam pembacaan puisi, Soetanto tidak hanya menggunakan suaranya untuk mengucapkan kata-kata, tetapi juga untuk menciptakan karakter-karakter yang berbeda.
Teknik ini memungkinkan pendengar untuk merasakan berbagai emosi dan perspektif dalam satu puisi. Misalnya, dalam salah satu penampilannya, Soetanto membawakan puisi dengan empat karakter suara yang berbeda: seorang penyair, seorang pengkritik, seorang tokoh fiksi, dan seorang narator.
Masing-masing karakter ini memiliki suara dan intonasi yang unik, menciptakan pengalaman mendalam yang membuat puisi terasa lebih hidup dan berwarna.
- Memperkuat Emosi dan Pesan
Penggunaan karakter suara yang berbeda juga memungkinkan Soetanto untuk memperkuat emosi dan pesan yang terkandung dalam puisi. Suara yang lembut dan penuh rasa sakit mungkin menggambarkan kesedihan seorang tokoh, sementara suara yang tegas dan kuat mungkin mencerminkan kemarahan atau keberanian.
Dengan cara ini, audiens dapat lebih memahami dan merasakan setiap lapisan emosi yang ada dalam puisi. Ini adalah contoh nyata bagaimana teknik pembacaan puisi dapat digunakan untuk mengkomunikasikan pesan dengan lebih efektif.
- Menciptakan Dinamika dan Variasi
Teknik empat karakter suara juga menambah dinamika dan variasi dalam pembacaan puisi. Tanpa teknik ini, pembacaan puisi bisa saja terasa monoton dan kurang menarik.
Dengan mengubah suara untuk mencerminkan karakter yang berbeda, Soetanto mampu menjaga perhatian audiens dan membuat setiap bagian puisi terasa segar dan penuh energi. Ini adalah elemen penting dalam penampilan yang dapat membuat perbedaan besar dalam bagaimana puisi diterima dan dipahami.
- Meningkatkan Keterlibatan Audiens
Teknik ini juga meningkatkan keterlibatan audiens dengan puisi. Ketika audiens mendengar karakter yang berbeda, mereka cenderung lebih terlibat dalam cerita dan emosi yang disampaikan.
Beliau menciptakan pengalaman yang lebih interaktif dan mendalam, yang dapat meninggalkan kesan yang lebih kuat dan tahan lama. Keterlibatan audiens adalah kunci dalam penampilan puisi, dan penggunaan empat karakter suara merupakan salah satu cara yang efektif untuk mencapai tujuan ini.
Kolaborasi dengan FORSIP Sidayu
FORSIP Sidayu, sebuah komunitas seni budaya, pecinta sejarah, kumpulan orang-orang yang peduli terhadap perkembangan peradaban desa Sidayu, dikenal oleh khalayak umum dengan dedikasinya untuk mempromosikan seni dan budaya di wilayah Sidayu kabupaten Gresik.
Kelompok ini memainkan peran penting dalam menampilkan pembacaan puisi Soetanto. Kolaborasi ini tidak hanya memberikan platform bagi Soetanto untuk menunjukkan keterampilannya, tetapi juga membawa puisi ke audiens yang lebih luas.
Dalam penampilan bersama FORSIP Sidayu, Soetanto sering kali memanfaatkan empat karakter suara untuk menambah kedalaman dan kekayaan pertunjukan. Setiap penampilan merupakan pengalaman yang unik, menggambarkan kemampuan Soetanto untuk menghidupkan puisi dan menghadirkan perspektif baru.
Kolaborasi ini telah menghasilkan beberapa momen yang mengesankan, yang menunjukkan betapa efektifnya teknik ini dalam meningkatkan kualitas pembacaan puisi.
Soetanto Soepiadhy bukan hanya seorang pembaca puisi, tetapi juga seorang inovator yang telah mengubah cara kita memahami dan menikmati puisi.