SastraNusa – Sebuah perjalanan melintasi Pulau Jawa dan Kalimantan Tengah tidak hanya membawa Kamu ke dua dunia yang geografisnya berbeda.
Setiap langkah mengungkapkan lapisan budaya yang kaya, tradisi yang masih terpelihara, dan pengaruh yang saling terkait meski keduanya berasal dari latar belakang yang sangat berbeda.
Jawa, yang dikenal dengan peradaban besar dan kebudayaan yang berkembang pesat, bertemu dengan Kalimantan Tengah yang lebih terbuka pada keanekaragaman suku dan alam liar yang menjadi inspirasi banyak tradisi.
Lalu, apa sebenarnya yang membuat keduanya saling terhubung dan berbeda? Bagaimana tradisi mereka menjembatani dua dunia yang jauh berbeda dalam banyak hal?
Jawa, sebagai pusat kebudayaan di Indonesia, memiliki tradisi yang sangat kental dengan nilai-nilai kesopanan, seni, dan spiritualitas. Berbeda dengan Kalimantan Tengah yang lebih berfokus pada kehidupan yang dekat dengan alam dan berbasis pada tradisi suku yang masih sangat mempertahankan adat istiadat.
Meski begitu, ada benang merah yang menghubungkan keduanya: keduanya sangat menghargai warisan nenek moyang dan menanamkan kebanggaan akan identitas budaya mereka.
Kesamaan yang Terbentuk dari Warisan Sejarah
Di balik perbedaan yang mencolok, kedua budaya ini berbagi beberapa kesamaan yang menarik untuk dicermati. Salah satunya adalah keduanya sangat memegang teguh sistem sosial yang berbasis pada struktur kekerabatan.
Misalnya, dalam tradisi Jawa, sistem kekerabatan seperti “tri tangga” yang menggambarkan hubungan antara keluarga besar, sangat dihormati.
Hal ini juga tercermin dalam kehidupan sosial masyarakat Kalimantan Tengah yang mengedepankan silaturahmi antar kerabat dan hubungan yang sangat erat dalam kelompok suku.
Selain itu, kedua budaya ini juga memiliki unsur spiritual yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Di Jawa, agama dan kepercayaan seperti Islam, Hindu, serta tradisi-tradisi lokal seperti kejawen, saling berinteraksi dalam kehidupan masyarakat.
Begitu pula di Kalimantan Tengah, meskipun mayoritas penduduknya memeluk agama Islam, ada kepercayaan animisme dan agama adat yang masih hidup dalam praktik-praktik budaya mereka, seperti upacara adat Dayak yang melibatkan unsur alam dan roh nenek moyang.
Perbedaan yang Mencolok: Gaya Hidup dan Nilai-nilai yang Dipegang Teguh
Namun, tak dapat dipungkiri bahwa ada perbedaan besar antara kedua budaya ini, baik dalam hal gaya hidup, kebiasaan sehari-hari, hingga ritual-ritual yang dijalankan.
Dalam masyarakat Jawa, kehidupan lebih terstruktur dengan pengaruh kuat dari kelas sosial dan norma-norma adat yang sangat terjaga. Istilah seperti “lempung” atau “alus” (halus) merujuk pada cara berbicara, berpakaian, dan bertindak yang mencerminkan keharmonisan dalam hubungan sosial.
Sementara itu, di Kalimantan Tengah, meskipun norma-norma adat juga penting, kehidupan masyarakat lebih cair dan lebih didorong oleh hubungan langsung dengan alam dan lingkungan sekitarnya.
Ritual-ritual adat di kedua daerah ini juga berbeda. Di Jawa, salah satu ritual yang terkenal adalah perayaan seperti “Sekaten” yang merupakan tradisi besar di Yogyakarta dan Surakarta untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Dalam perayaan ini, terdapat pertunjukan wayang kulit, gamelan, dan berbagai sajian budaya yang melibatkan masyarakat dalam suasana khidmat dan penuh dengan nilai-nilai spiritual.
Sebaliknya, masyarakat Kalimantan Tengah dengan suku Dayaknya, lebih dikenal dengan tradisi adat seperti “Tiwah”, sebuah upacara pemakaman yang melibatkan ratusan orang dan proses yang sangat sakral. Tiwah tidak hanya sekadar ritual pemakaman, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan penyatuan kembali roh ke alam semesta.
Alam Sebagai Penyatu dalam Tradisi
Meski perbedaan budaya terlihat jelas, alam menjadi satu unsur yang menyatukan kedua budaya ini. Masyarakat Jawa sering kali memanfaatkan alam sebagai bagian dari simbolisme dalam budaya mereka.
Misalnya, dalam berbagai upacara adat, alam dianggap sebagai manifestasi dari kekuatan yang lebih besar dan menjadi media untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Di Kalimantan Tengah, alam juga sangat dihargai, terutama dalam tradisi Dayak.
Mereka memiliki pandangan bahwa hutan dan sungai adalah tempat yang sangat sakral dan harus dihormati. Banyak ritual adat yang berfokus pada menjaga kelestarian alam, dan masyarakat Kalimantan Tengah meyakini bahwa keseimbangan alam harus terjaga untuk keberlangsungan hidup mereka.
Namun, meskipun terdapat penghormatan yang sama terhadap alam, pendekatan kedua budaya ini terhadap lingkungan sangat berbeda.
Jawa lebih terstruktur dalam pengelolaan alam, dengan sistem irigasi seperti subak yang dikenal di Bali sebagai contoh pengelolaan alam yang berbasis pada tradisi.
Kalimantan Tengah, di sisi lain, lebih bergantung pada kearifan lokal dalam menjaga kelestarian hutan dan sungai, dengan banyaknya upacara yang menyertakan aspek menjaga keseimbangan ekosistem mereka.
Saling Menghargai dan Memahami
Kedua budaya ini, meskipun memiliki banyak perbedaan, tetap bisa saling menghargai. Proses pertukaran budaya antara Jawa dan Kalimantan Tengah telah berlangsung selama bertahun-tahun melalui berbagai jalur perdagangan, migrasi, hingga penyebaran agama. Ini terbukti dalam berbagai kesenian, makanan, dan praktik budaya yang ada di kedua daerah tersebut.
Di satu sisi, masyarakat Jawa bisa belajar dari kesederhanaan dan kedekatan masyarakat Kalimantan Tengah dengan alam. Di sisi lain, masyarakat Kalimantan Tengah bisa mengambil banyak pelajaran dari struktur sosial yang lebih terorganisir dan praktik budaya yang lebih terinstitusionalisasi dari Jawa. Semua itu menunjukkan bahwa meskipun berbeda, kedua budaya ini bisa saling melengkapi.
Penutup
Budaya Jawa dan Kalimantan Tengah memang memiliki jejak yang sangat berbeda, baik dari segi nilai-nilai sosial, ritual adat, hingga cara hidup sehari-hari. Namun, persamaan dalam menghargai alam, keluarga, dan spiritualitas menjadi penghubung yang memperkaya warisan budaya Indonesia.
Oleh karena itu, dengan memahami perbedaan dan persamaan keduanya, Kamu bisa melihat betapa kayanya budaya yang ada di negara ini. Sebuah perjalanan ke Jawa dan Kalimantan Tengah bukan hanya soal melihat tempat-tempat indah, tetapi juga menyelami makna mendalam dari tradisi yang terus hidup di dalam masyarakatnya.(*)