Padahal Termasuk Kekayaan Nusantara, Mengapa Aksara Jawa Semakin Jarang Digunakan?

Tholha Aziz
8 Min Read
A stack of old books with a blurry background
Padahal Termasuk Kekayaan Nusantara, Mengapa Aksara Jawa Semakin Jarang Digunakan? (Ilustrasi)
- Advertisement -

SastraNusa – Di sebuah sekolah dasar di pedesaan Jawa, anak-anak dengan semangat melafalkan huruf-huruf alfabet. Buku pelajaran di tangan mereka dipenuhi oleh tulisan Latin yang mengiringi perjalanan belajar mereka.

Di balik keceriaan itu, ada sebuah kenyataan yang sepertinya mulai terlupakan. Di mana posisi Aksara Jawa di tengah perkembangan zaman ini? Mengapa aksara yang menjadi warisan budaya Nusantara ini semakin jarang digunakan, bahkan di tanah kelahirannya sendiri?

Kamu mungkin pernah melihat Aksara Jawa di papan nama jalan atau di buku-buku sejarah. Namun, apakah kamu tahu bahwa aksara ini dulunya adalah salah satu sistem tulisan utama yang digunakan oleh masyarakat Jawa?

Aksara ini mencerminkan kejayaan peradaban masa lalu, menjadi saksi bisu dari berbagai naskah kuno, sastra, dan catatan sejarah penting.

- Advertisement -

Sayangnya, dalam beberapa dekade terakhir, penggunaan Aksara Jawa semakin merosot. Padahal, di era globalisasi ini, warisan budaya seperti Aksara Jawa seharusnya menjadi kebanggaan yang dijaga dengan baik.

Sejarah dan Kejayaan Aksara Jawa

Aksara Jawa, atau sering disebut Hanacaraka, adalah sistem tulisan yang sudah ada sejak berabad-abad lalu.

Aksara ini merupakan salah satu dari banyak aksara tradisional di Nusantara, yang digunakan dalam berbagai prasasti, naskah kuno, hingga karya sastra yang ditulis oleh pujangga Jawa.

Bagi kamu yang mencintai budaya lokal, Aksara Jawa adalah bagian penting dari identitas yang memperkaya khazanah budaya Indonesia.

Pada masa lalu, Aksara Jawa bukan hanya sekadar sistem tulisan, tetapi juga simbol status dan pendidikan.

- Advertisement -

Para bangsawan dan cendekiawan Jawa menggunakan aksara ini untuk menulis karya-karya sastra, termasuk babad dan serat yang berisi kisah-kisah kepahlawanan, mitologi, hingga ajaran moral.

Saat itu, siapa yang mampu membaca dan menulis dalam Aksara Jawa dianggap sebagai orang yang terpelajar dan memiliki kedudukan tinggi dalam masyarakat.

Namun, ketika penjajah Belanda datang dan memperkenalkan alfabet Latin, perlahan-lahan Aksara Jawa mulai tergeser. Kolonialisme membawa perubahan besar, termasuk dalam hal sistem pendidikan.
Aksara Latin menjadi dominan, dan Aksara Jawa pun semakin terpinggirkan.

- Advertisement -

Bahkan hingga kini, kamu akan lebih sering menemukan buku pelajaran yang ditulis dalam huruf Latin daripada aksara tradisional seperti Aksara Jawa.

Mengapa Aksara Jawa Semakin Jarang Digunakan?

Lantas, apa yang menyebabkan Aksara Jawa semakin jarang digunakan di era modern ini? Ada beberapa faktor yang bisa menjadi alasan mengapa aksara ini seakan kehilangan tempatnya di tengah masyarakat.

Pertama, pengaruh globalisasi dan modernisasi. Dalam dunia yang serba cepat seperti sekarang ini, penggunaan alfabet Latin lebih dianggap praktis dan universal.

Banyak orang merasa lebih mudah untuk menggunakan huruf Latin, terutama karena hampir semua sistem pendidikan dan media informasi menggunakan alfabet ini.

Hal ini tentu berdampak pada Aksara Jawa yang semakin sulit dipertahankan dalam kehidupan sehari-hari.

Kedua, minimnya pengetahuan dan pendidikan tentang Aksara Jawa di sekolah.

Meskipun beberapa sekolah di Jawa masih memperkenalkan Aksara Jawa sebagai bagian dari pelajaran muatan lokal, faktanya tidak semua siswa benar-benar diajarkan untuk menguasai aksara ini dengan baik.

Mata pelajaran Aksara Jawa sering kali hanya menjadi pelengkap yang tidak mendapat porsi perhatian yang cukup.

Akibatnya, generasi muda seperti kamu mungkin tumbuh tanpa pemahaman yang mendalam tentang aksara ini.

Selain itu, minimnya sumber daya seperti buku atau media digital yang menggunakan Aksara Jawa juga berperan dalam menurunnya popularitas aksara ini.

Di era digital seperti sekarang, kebanyakan informasi disajikan dalam huruf Latin atau bahkan bahasa asing seperti Inggris.

Sulit bagi Aksara Jawa untuk bersaing jika tidak ada upaya signifikan dari masyarakat dan pemerintah untuk memasukkannya ke dalam konteks digital yang lebih modern.

Upaya Pelestarian yang Masih Kurang

Meskipun ada beberapa upaya untuk melestarikan Aksara Jawa, seperti pengajaran di sekolah atau penulisan nama jalan dengan Aksara Jawa, faktanya usaha ini masih belum cukup.

Kamu mungkin sering melihat papan nama jalan di Yogyakarta yang ditulis dengan Aksara Jawa, tetapi itu hanya sebatas simbolis. Penggunaan aksara ini dalam kehidupan sehari-hari masih sangat terbatas.

Padahal, dengan teknologi yang ada saat ini, sebenarnya ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menghidupkan kembali Aksara Jawa.

Misalnya, kamu bisa memanfaatkan media sosial atau aplikasi belajar untuk mempelajari Aksara Jawa secara mandiri.

Beberapa komunitas budaya juga sudah mulai mengembangkan aplikasi yang memungkinkan kamu menulis dan membaca Aksara Jawa di perangkat digital.

Sayangnya, upaya-upaya ini belum mendapatkan dukungan luas dari masyarakat.

Banyak orang yang masih menganggap Aksara Jawa sebagai sesuatu yang kuno dan tidak relevan dengan kebutuhan zaman modern.

Pandangan seperti ini tentu perlu diubah jika kita ingin melihat Aksara Jawa tetap hidup dan berkembang di masa depan.

Masa Depan Aksara Jawa, Tantangan dan Harapan

Kamu mungkin bertanya-tanya, apakah Aksara Jawa masih bisa diselamatkan? Jawabannya adalah bisa, tetapi dengan syarat ada upaya kolektif dari masyarakat, pemerintah, dan juga generasi muda untuk melestarikannya.

Aksara Jawa adalah bagian dari identitas budaya yang kaya, dan jika tidak dijaga, kita akan kehilangan warisan penting ini.

Salah satu cara untuk menjaga keberlangsungan Aksara Jawa adalah dengan mengintegrasikannya ke dalam kehidupan digital.

Di era modern ini, teknologi adalah kunci. Kamu bisa memanfaatkan aplikasi atau platform digital yang mendukung Aksara Jawa, seperti menggunakannya di media sosial, aplikasi pesan instan, atau bahkan dalam konten kreatif.

Dengan begitu, Aksara Jawa tidak hanya akan bertahan sebagai warisan budaya, tetapi juga menjadi bagian dari kehidupan modern yang relevan dengan generasi saat ini.

Pemerintah juga harus lebih aktif dalam mempromosikan Aksara Jawa. Pengajaran yang lebih mendalam dan serius di sekolah, serta kampanye kesadaran tentang pentingnya melestarikan aksara tradisional, sangat dibutuhkan.

Selain itu, dukungan terhadap riset dan pengembangan teknologi yang dapat memfasilitasi penggunaan Aksara Jawa dalam dunia digital juga penting untuk dilakukan.

- Advertisement -
Share This Article