Bantengan Vs. Jaranan, Mana yang Lebih Menarik?

Fauzi By Fauzi
15 Min Read
jaranan, culture, indonesian culture
Bantengan Vs. Jaranan, Mana yang Lebih Menarik? (Ilustrasi)
- Advertisement -

SastraNusa – Bantengan dan Jaranan merupakaan dua dari ribuan seni yang ada di Indonesia. Keduanya memiliki ke khasan yang berbeda-beda. masing-masing seni akan di uraikan secara detail dalam artikel ini, Jadi Simaklah dengan baik dan jangan sampai ada yang kelewat.

Sejarah dan Asal Usul Bantengan

Bantengan adalah salah satu bentuk seni tradisional yang memiliki akar sejarah yang panjang dan kaya. Kesenian ini berasal dari daerah Jawa Timur, khususnya di Kabupaten Malang dan sekitarnya.

Bantengan, yang berwujud tarian dengan kostum hewan banteng, memiliki makna spiritual dan simbolis yang mendalam, sering kali dihubungkan dengan penghormatan terhadap leluhur dan kekuatan gaib.

Konon, asal usul bantengan dapat ditelusuri kembali ke masa pemerintahan kerajaan-kerajaan di Jawa. Pada masa itu, kesenian ini sering kali dipertunjukkan sebagai bagian dari upacara keagamaan atau ritual adat.

- Advertisement -

Bantengan tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai sarana untuk menyampaikan pesan moral dan melestarikan ajaran-ajaran leluhur.

Dalam perkembangannya, bantengan mengalami proses akulturasi dengan berbagai budaya lokal, yang menambah kekayaan ekspresi seni ini.

Peran utama bantengan dalam budaya masyarakat juga dipengaruhi oleh konteks geografis dan sosial. Sebagai seni yang tumbuh di lingkungan agraris, bantengan sering kali dianggap sebagai representasi dari kekuatan alam yang menjaga keseimbangan ekosistem.

Beberapa komunitas percaya bahwa pertunjukan bantengan dapat memberikan berkah dan perlindungan dari bencana alam. Oleh karena itu, pentas bantengan sering kali diselenggarakan dalam rangkaian upacara meminta hujan atau perayaan panen.

Di masa sekarang, meskipun teknologi dan modernisasi terus berkembang, bantengan tetap memegang tempat penting dalam budaya masyarakat setempat. Festival bantengan masih dilaksanakan secara rutin dan menjadi daya tarik wisata budaya.

- Advertisement -

Generasi muda juga mulai terlibat dalam mempertahankan dan mengembangkan bantengan, memperkaya nilai-nilai tradisional dengan sentuhan kreatif modern.

Hal ini menjadikan bantengan tidak hanya sebagai warisan budaya yang harus dilestarikan, tetapi juga sebagai sumber inspirasi dalam menciptakan identitas budaya yang dinamis dan berkelanjutan.

Sejarah dan Asal Usul Jaranan

Kesenian Jaranan merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional yang memiliki akar kuat dalam budaya Jawa. Muncul pada zaman kuno,

- Advertisement -

Jaranan sendiri berasal dari kata “jaran” yang berarti kuda, dimana penari melakukan gerakan-gerakan yang meniru kuda, lengkap dengan properti berupa kuda lumping yang terbuat dari anyaman bambu.

Pertunjukan Jaranan biasanya melibatkan unsur magis yang kuat, di mana para penari sering kali memasuki keadaan trance atau kesurupan. Keadaan ini dipercaya sebagai bentuk penyerahan diri kepada kekuatan supranatural.

Meskipun kini lebih difokuskan sebagai hiburan, unsur-unsur magis ini masih menjadi bagian yang integral dari Jaranan. Perkembangan kesenian ini pun tidak terlepas dari pengaruh kebudayaan terdahulu yang pernah merajai Nusantara.

Seiring berkembangnya zaman, Jaranan mengalami evolusi dalam penyajiannya. Pada periode kolonial, pengaruh dari budaya Eropa dan modernisasi mulai masuk dan sedikit banyak mengubah bentuk dan penyajian Jaranan.

Pengaruh tersebut terlihat dalam penggunaan alat musik yang lebih bervariasi dan penataan koreografi yang lebih dinamis. Namun, esensi dari Jaranan tetap dipertahankan.

Dalam konteks kebudayaan lokal, Jaranan memiliki makna penting sebagai alat perpaduan sosial dan identitas budaya. Pertunjukan Jaranan tidak hanya menjadi ajang hiburan, tetapi juga sebagai sarana untuk melestarikan nilai-nilai tradisional yang telah diwariskan oleh leluhur.

Hingga kini, Jaranan tetap eksis dan menjadi salah satu kebanggaan masyarakat, terutama di daerah-daerah seperti Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Tata Rias dan Kostum dalam Bantengan

Pertunjukan bantengan dikenal dengan kostum dan tata rias yang khas, membawa nuansa mistis dan kekuatan yang melekat pada setiap penampilan.

Kostum dalam bantengan dirancang khusus untuk mencerminkan kekuatan dan semangat banteng, sosok binatang yang dihormati dalam budaya Jawa.

Para pemain mengenakan pakaian berbahan kain tebal dengan warna dominan hitam dan merah, melambangkan kekuatan dan keberanian.

Tak jarang, kostum dilengkapi dengan hiasan berwarna emas atau perak yang melambangkan kejayaan dan kekuasaan.

Elemen utama kostum bantengan adalah kepala banteng yang dibuat dari bahan kayu atau bambu yang diukir dan dihias sedemikian rupa.

Kepala banteng ini kemudian ditutup dengan kulit binatang asli atau kain yang dipola menyerupai kulit binatang. Mata banteng pada kostum sering kali diperbesar dan diberi warna merah untuk menonjolkan kesan garang dan menakutkan kepada penonton.

Selain itu, tanduk-tanduk dibuat besar dan kokoh untuk menambahkan kesan kekuatan.

Bagian tata rias juga memiliki peran penting dalam penampilan bantengan. Para pemain biasanya diberi riasan tebal dengan motif yang terinspirasi dari ukiran tradisional Jawa.

Wajah mereka dipulas dengan warna hitam dan merah, mengekspresikan karakter kuat dan mistis.

Terkadang, riasan juga melibatkan penggunaan topeng atau aksesoris tambahan seperti kalung dan gelang yang dibuat dari bahan alami, menambah aspek tradisional dalam setiap gerakan dan ekspresi pemain bantengan.

Kostum dan tata rias dalam bantengan bukan hanya bertujuan estetika, melainkan juga memiliki makna simbolis yang mendalam.

Setiap elemen kostum dirancang untuk memperkuat karakter banteng sebagai simbol ketangguhan dan keberanian. yakni, merupakan sebuah bentuk seni budaya yang menggabungkan aspek visual dan spiritual, membuat pertunjukan bantengan menjadi pengalaman yang memukau dan mendalam bagi penonton.

- Advertisement -
Share This Article