SastraNusa – Langit senja menggantung di atas desa yang sunyi. Di sebuah lapangan terbuka, musik gamelan menggema, mengiringi tarian penuh energi dari para penari yang tengah kerasukan.
Dalam suasana magis itu, sorak-sorai penonton mengiringi atraksi yang tak biasa.
Kesenian Reak, yang dahulu dianggap mistis dan sakral, kini tampil memukau jutaan penonton di TikTok.
Platform media sosial ini menjadi ruang baru bagi kesenian tradisional yang hampir terlupakan.
Diiringi filter dramatis dan lagu-lagu remix, Reak hadir dalam bentuk yang segar.
Tak hanya menghibur, kesenian ini juga memunculkan rasa penasaran tentang budaya dan tradisi lama.
Misteri yang Memikat di Balik Kesenian Reak
Kesenian Reak berasal dari tanah Sunda, Jawa Barat.
Ia dikenal sebagai bagian dari tradisi budaya yang erat kaitannya dengan ritual dan kepercayaan masyarakat.
Reak sering kali ditampilkan dalam acara-acara adat seperti pernikahan atau khitanan.
Uniknya, kesenian ini melibatkan unsur mistis seperti kerasukan.
Para penari, yang disebut barongan, kerap menunjukkan gerakan di luar kendali setelah dianggap “dirasuki” oleh roh leluhur.
Hal ini menjadi daya tarik tersendiri, memadukan seni pertunjukan dengan kepercayaan spiritual.
Namun, bagi sebagian orang, Reak dianggap menyeramkan.
Suasana magis yang menyertainya, ditambah dengan kostum dan musik yang khas, sering kali membuat bulu kuduk berdiri.
Di sisi lain, unsur mistis inilah yang membuatnya begitu memikat di era digital.
Dari Ritual ke Layar TikTok
Dalam beberapa tahun terakhir, TikTok menjadi tempat eksplorasi budaya yang luar biasa.
Melalui video singkat, Reak kini tak lagi terbatas pada panggung tradisional.
Pengguna TikTok memperkenalkannya dalam bentuk kreatif, menjadikannya populer di kalangan generasi muda.
Konten Reak biasanya menampilkan tarian energik, sorotan pada kostum unik, hingga atraksi kerasukan.
Efek dramatis seperti slow-motion dan suara latar yang mencekam menambah daya tarik.
Banyak yang merasa penasaran hingga berujung mencari tahu lebih dalam tentang kesenian ini.
Fenomena ini membuktikan bahwa tradisi bisa relevan kembali di era modern.
TikTok bukan hanya media hiburan, tetapi juga alat untuk melestarikan seni budaya.
Reak menjadi contoh nyata bagaimana tradisi yang nyaris terpinggirkan dapat kembali hidup.
Viral, Tetapi Sarat Kontroversi
Meski populer, viralnya Reak di TikTok tidak lepas dari kritik.
Sebagian masyarakat adat merasa bahwa unsur sakral dari Reak telah bergeser.
Ritual yang dahulu dihormati kini diolah menjadi hiburan yang kehilangan esensi spiritualnya.
Beberapa tokoh adat bahkan menganggap konten Reak di TikTok sebagai bentuk eksploitasi budaya.
Mereka khawatir, kesenian ini hanya menjadi tren sesaat tanpa pemahaman mendalam tentang nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Di sisi lain, ada yang berpendapat bahwa eksposur digital justru membantu Reak tetap hidup.
Bagi generasi muda, TikTok adalah pintu masuk untuk mengenal seni tradisional yang sebelumnya mereka abaikan.
Meskipun demikian, perlu keseimbangan agar nilai budaya tetap terjaga.
Transformasi Seni Tradisional di Era Digital
Fenomena kesenian Reak di TikTok adalah cerminan dari transformasi seni tradisional di era modern.
Seni yang sebelumnya hanya bisa dinikmati secara lokal kini menjadi bagian dari wacana global.
Hal ini menunjukkan betapa kuatnya peran media sosial dalam melestarikan budaya.
Namun, keberlanjutan Reak sebagai seni tradisional memerlukan pendekatan yang lebih bijaksana.
Para kreator konten dan masyarakat adat perlu saling berkolaborasi.
Dengan cara ini, Reak dapat tetap relevan tanpa kehilangan jati dirinya sebagai seni sakral.
Di balik viralnya kesenian Reak di TikTok, terdapat pelajaran penting tentang nilai tradisi.
Kehadiran media sosial membuka peluang besar untuk melestarikan budaya.
Namun, nilai-nilai asli yang terkandung di dalamnya harus tetap menjadi prioritas.
Merawat Tradisi dalam Dunia Modern
Di tengah derasnya arus modernisasi, Reak adalah pengingat bahwa seni tradisional tidak hanya soal hiburan.
Ia adalah cerminan kepercayaan, sejarah, dan identitas suatu masyarakat.
TikTok mungkin telah membawa Reak ke panggung dunia, tetapi tanggung jawab untuk merawat esensinya ada pada generasi sekarang.
Dengan melibatkan masyarakat adat, kreator konten, dan penikmat seni, Reak bisa menjadi simbol pelestarian budaya di era digital.
Kesenian ini bukan hanya sekadar viral, tetapi juga menjadi warisan berharga yang terus hidup di hati banyak orang.(*)