Ungkap Kisah Cinta Alai Novel Ayat-ayat Cinta, Begini Tekanan pada Fahri Menurut Lensa Freud

Tholha Aziz
4 Min Read
couple, love, stars
Ungkap Kisah Cinta Alai Novel Ayat-ayat Cinta, Begini Tekanan pada Fahri Menurut Lensa Freud (Ilustrasi)
- Advertisement -

SastraNusa – Saat membaca Ayat-ayat Cinta, aku terbawa ke dalam perjalanan emosional Fahri, tokoh utamanya. Fahri, sosok yang tampak begitu religius dan rasional, ternyata menyimpan dorongan-dorongan bawah sadar yang rumit.

Lewat perjalanan cintanya, ada konflik-konflik batin yang jika ditelusuri lebih dalam, akan terlihat menyingkap lapisan-lapisan ketidaksadaran yang jarang kita sadari.

Melalui lensa teori Freud, kisah cinta Fahri menjadi lebih dari sekadar perjalanan romansa. Tentu ini tentang pertarungan antara keinginan pribadi, moralitas, dan nilai-nilai yang secara tidak sadar terpendam dalam dirinya.

Represi dan Ketidaksadaran Fahri

Dalam setiap hubungan yang dibangun Fahri, ada dorongan tersembunyi yang tak selalu mudah terlihat. Fahri ingin mencintai dan dicintai, tapi dia sering terbentur batas-batas yang dia yakini.

- Advertisement -

Freud menyebut ini sebagai represi, yaitu, keinginan terdalamnya ditekan dan disembunyikan jauh di bawah kesadaran.

Maria, misalnya, menjadi sosok yang tak hanya menarik hati Fahri, tetapi juga memicu konflik batin dalam dirinya. Cintanya pada Maria sebenarnya merupakan simbol dari keinginan-keinginan yang selama ini terpendam, dan ketertarikannya padanya membuka sisi lain Fahri yang jarang ia tunjukkan pada orang lain.

Konflik Moral dan Mekanisme Pertahanan

Aku melihat bagaimana cinta Fahri bukan sekadar perasaan biasa, tetapi juga sebagai bentuk mekanisme pertahanan dirinya. Di balik ketertarikannya pada Aisha, istri yang dianggapnya sempurna, ada keraguan dan ketakutan.

Freud menyebut mekanisme ini sebagai sublimasi, ketika seseorang mencoba mengalihkan dorongan emosionalnya menjadi tindakan yang lebih dapat diterima.

Dalam hubungan Fahri dengan Aisha, ada keinginan untuk menemukan keamanan dan ketenangan. Tapi di sisi lain, Fahri tetap terbagi antara ketertarikannya pada Maria dan kesetiaannya pada Aisha.

- Advertisement -

Tentu ini termasuk dalam konflik moral yang terus-menerus menghantui Fahri, membuatnya tampak ragu-ragu, bahkan terkadang terlihat “alai” dalam pilihan-pilihan yang dia buat.

Ketidaksadaran Kolektif dalam Kehidupan Fahri

Melalui kisah Fahri, SastraNusa juga menemukan konsep ketidaksadaran kolektif yang Freud ajukan. Cinta yang tampak berlebihan ini bukan hanya tentang perasaan pribadi Fahri, tetapi juga cerminan dari nilai-nilai sosial dan religius yang membentuk kepribadiannya.

Dalam budaya dan latar belakang agama Fahri, ada ekspektasi-ekspektasi sosial yang membuatnya merasa harus berjuang melawan perasaan-perasaan yang dianggap “tidak pantas”.

- Advertisement -

Sedangkan kisah cintanya dengan Aisha, adalah salah satu bentuk dari ketidaksadaran kolektif ini, di mana Fahri mencoba memenuhi tuntutan sosial yang sudah tertanam dalam alam bawah sadarnya sejak lama.

Cinta Alai sebagai Refleksi Diri

Pada akhirnya, kisah cinta Fahri mengajarkan, bahwa cinta yang tampak berlebihan ini adalah bentuk komunikasi emosional yang jujur.

Lewat karakter Fahri, tentu pembaca bisa melihat bagaimana ekspresi cinta yang alai atau berlebihan sebenarnya adalah cara untuk mengungkapkan perasaan terdalam yang mungkin tak disadari oleh tokoh itu sendiri.

Freud memberi pemahaman, bahwa setiap perasaan, bahkan yang tampak “berlebihan” sekalipun, adalah refleksi dari kebutuhan emosional yang mendalam.

Fahri mungkin tampak seperti pria yang kuat dan rasional, tetapi pada akhirnya, ia hanyalah manusia yang bergulat dengan ketakutan, hasrat, dan harapan yang sering kali sulit dipahami.

Cinta alai Fahri, pada akhirnya, adalah cermin dari ketidaksadaran yang ada dalam diri setiap manusia.(*)

Editor: Fauzi

- Advertisement -
Share This Article