SastraNusa – Di antara lantunan nada dan irama, Kasokan Madura menjadi suara rakyat yang merdu. Beberapa tahun terakhir, komunitas ini mencerminkan kecintaan mendalam terhadap akhlak dan seni lokal.
Bangdit, salah satu pegiat Kasokan, menyebutnya sebagai bentuk ajakan kepada masyarakat madura untuk mengingat dan merawat budaya madura salah satunya berbahasa halus (engghi-bhunten), dan juga menyelipkan nilai-nilai agama yang dikemas melalui musik rakyat.
“Kasokan bukan sekadar hiburan. Ia adalah jalan mendekatkan masyarakat pada nilai-nilai luhur Madura,” ungkapnya.
Kasokan berdiri di atas kecintaan yang éstoh atau tulus pada seni dan adat adat. Tak hanya menciptakan musik, mereka juga memelihara warisan budaya.
Hal itu terbukti pada setiap lirik yang dinyanyikan memiliki makna dalam, diambil dari karya seorang Kiai masyhur Madura yang tidak ingin dipublikasikan namanya.
Teks-teks Kasokan bukan sekadar kata-kata, melainkan pesan akhlak dan bimbingan spiritual yang dekat di hati masyarakat.
Warisan Sesepuh dalam Lagu Kasokan
Lebih dari sekadar seni, Kasokan juga memelihara karya-karya leluhur. Beberapa teks diambil dari syair yang ditulis oleh tokoh terkenal Madura, seperti Syaikhona Kholil yang dalam karyanya berjudul Shalawat Ilmu.
Kemudian ada salah satu Buyut dari Desa Banjar, Galis, Bangkalan yang oleh Kasokan diadaptasi sebagai pengingat dan penghargaan terhadap kearifan lokal. Karya tersebut diberi judul “Ngemodhi Lalampa,” oleh Kasokan.
Bangdit mengatakan, “Ini bukan sekadar lagu, tapi sebuah penghormatan bagi sesepuh kita yang telah merintis dakwah melalui karya mereka.”
Di dalam setiap syairnya, nilai keagamaan dan adat tersirat. Kasokan menggabungkan lirik dan musik yang membangun jembatan antara generasi lama dan baru.
Setiap nada mengandung pesan yang mendalam, tidak hanya untuk hiburan, tapi juga pengajaran. Lagu-lagu ini dihidupkan kembali sebagai napak tilas sejarah dan refleksi kecintaan pada tanah Madura.
Harmoni Dua Genre, Musik Gamelan dan Modern
Kasokan Madura menampilkan dua kategori musik yang unik, yakni, musik gamelan tradisional khas Nusantara dan musik modern.
Perpaduan ini menjadi ciri khas yang menarik bagi komunitas Kasokan. Dengan tetap mempertahankan irama gamelan yang khas, mereka menyisipkan nuansa modern yang membuatnya lebih akrab di pendengaran masyarakat muda.
“Kasokan membawa gamelan ke generasi baru, sehingga nilai tradisional tak pudar,” ujar Bangdit.
Harmoni yang dihasilkan dari kolaborasi dua genre ini menunjukkan kemampuan Kasokan dalam merangkul perubahan tanpa melupakan akar budaya.
Setiap kali tampil, musik gamelan dan instrumen modern menyatu, menciptakan suasana yang penuh keakraban dan penghormatan.
Dari panggung ke panggung, nada-nada Kasokan terdengar hidup dan bergaung, mengajak semua penonton merasakan suasana Madura.
Ngembong, Ngajih Émbongan
Salah satu acara yang sering diisi oleh Kasokan adalah ngembong, sebuah wadah dakwah yang diselingi pertunjukan musik rakyat.
Di sela-sela acara ini, Kasokan hadir dengan lagu-lagu khas mereka, membawa suasana syahdu sekaligus menghibur.
Dalam Ngembong, kasokan ikut andil dalam merangkul masyarakat, mengajak mereka berkumpul untuk mendengarkan pesan agama yang dibalut musik.
Bangdit menambahkan, “Ini bukan hanya pertunjukan, tapi kesempatan untuk menyebarkan pesan-pesan kebaikan.”
Melalui ngembong, Kasokan menampilkan seni sebagai media dakwah yang damai.
Musik menjadi jembatan antara budaya dan kepercayaan, mengajak masyarakat untuk menghargai keduanya.(*)