Sabit Bahas Tradisi Lama Madura, Undangan Terbuka untuk Seniman se-Nusantara

Fauzi
By Fauzi
6 Min Read
Sabit Bahas Tradisi Lama Madura, Undangan Terbuka untuk Seniman se-Nusantara (Ilustrasi)
Sabit Bahas Tradisi Lama Madura, Undangan Terbuka untuk Seniman se-Nusantara (Ilustrasi)
- Advertisement -

SastraNusa – Teater adalah seni yang mampu menyuarakan isu-isu penting secara lugas dan menyentuh. Pementasan naskah berjudul Perempuan Damar Kambang oleh Sabit FIP Universitas Trunojoyo Madura menjadi salah satu contoh nyata.

Pentas yang dijadwalkan pada 28 Desember 2024 ini tidak hanya memikat dengan ceritanya, tetapi juga menghadirkan pesan mendalam tentang kesetaraan gender dalam masyarakat Madura.

Diadaptasi dari novel Damar Kambang karya Muna Masyari, naskah ini mengangkat kisah nyata dari keluarga besar penulisnya.

Melalui narasi yang kuat, pementasan ini bertujuan menyoroti dominasi laki-laki dalam hubungan pernikahan, yang masih menjadi realitas di Madura.

- Advertisement -

Pesan utamanya jelas, yakni mendorong perubahan menuju hubungan yang lebih setara antara laki-laki dan perempuan.

Sekilas Tentang Damar Kambang

Novel ini berkisah tentang tradisi pernikahan di Madura yang sarat akan simbol harkat dan martabat.

Cerita bermula dengan prosesi lamaran antara Kacong dan Chebbhing.

Sayangnya, rencana pernikahan mereka dibatalkan karena hantaran dari pihak Kacong dianggap tidak memenuhi standar keluarga Chebbhing. 

Kekecewaan atas pembatalan ini memicu konflik besar yang melibatkan martabat kedua keluarga.

- Advertisement -

Kacong bersama pamannya, Sakrah, bahkan menggunakan angin kiriman—sejenis ilmu magis—untuk memaksa Chebbhing datang kepada Kacong.

Sementara itu, Madlawi, ayah Chebbhing, berupaya melawan dengan meminta bantuan Kiai Ke Bulla, seorang tokoh agama yang dihormati.

Di balik konflik ini, novel mengungkap dinamika tradisi, identitas budaya, serta rahasia yang tersembunyi dalam kebiasaan masyarakat.

- Advertisement -

Kekerasan dalam cerita muncul sebagai respons atas gangguan terhadap status quo, di mana tradisi menjadi alat mempertahankan kekuasaan tertentu.

Teater Sabit Mampu Mengadaptasi Damar Kembang Jadi Pementasan Epik?

Mengadaptasi *Damar Kambang* menjadi pementasan teater adalah langkah berani yang membawa isu kesetaraan gender ke ruang publik.

Cerita ini relevan, terutama dalam konteks Madura, yakni dominasi laki-laki dalam pernikahan masih dianggap wajar.

Pentas ini bukan sekadar hiburan, tetapi juga sarana edukasi yang mendorong refleksi.

Menurut kabar yang sampai ke SastraNusa.com, Teater Sabit FIP Universitas Trunojoyo memilih naskah ini karena kekuatannya dalam memadukan tradisi, realitas sosial, dan pesan moral.

Dalam setiap adegan, penonton akan diajak untuk mempertanyakan norma-norma yang selama ini diterima tanpa kritik.

Sembari menunggu pementasan berlangsung, adaptasi Damar Kembang menjadi pementasan drama oleh Teater Sabit menjadi misteri.

Namun kita boleh mengira  yakni, pementasan ini menegaskan bahwa perubahan dapat dimulai dari kesadaran individu maupun kolektif.

Bagaimana Kesetaraan Gender dalam Tradisi Madura

Berkenaan dengan tradisi pernikahan di Madura, tentu menjadi cerminan terkait peran gender terbentuk dan dipertahankan.

Bukan rahasia umum, bahwa di Madura laki-laki sering kali memegang kendali, baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam mempertahankan martabat keluarga.

Nah, dalam kasus Kacong dan Chebbhing ini, tekanan tradisi menjadi penghalang utama bagi hubungan yang setara.

Hanya saja, Perempuan Damar Kambang hadir untuk mendobrak dominasi tersebut.

Dengan menyuarakan perspektif perempuan, pementasan ini mengajak penonton untuk melihat bahwa hubungan tidak harus selalu tentang siapa yang lebih berkuasa.

Melainkan, harmoni dapat tercipta jika ada kesetaraan dalam peran dan tanggung jawab.

Jika Sukses Mentas, Sabit Berhasil Merubah Keadaan?

Seni teater memiliki kekuatan untuk menyentuh emosi dan membuka mata terhadap isu-isu penting.

Dalam kasus Perempuan Damar Kambang, pesan tentang kesetaraan gender disampaikan dengan cara yang tidak menggurui, tetapi tetap efektif.

Namun melalui dialog, gestur, dan adegan simbolis, teater akan mampu menghadirkan refleksi mendalam yang sulit dilupakan.

Sehingga secara tugas, Teater Sabit sudah bisa dikatakan telah melaksanakannya. Terkait ada perubahan pada masyarakat Madura, itu bukan urusan Sabit.

Hal itu karena sebagai media penyampai melalui teater, Sabit hanya menyampaikan saja.

Sementara dampak positif dari pementasan ini, tentu sudah bisa dikira-kira. Yaitu, pementasan ini akan menjadi bukti, bahwa tradisi tidak harus dipertahankan secara kaku.

Tradisi dapat berkembang tanpa kehilangan nilai-nilainya, asalkan ada keberanian untuk merekonstruksi norma yang sudah usang.

Merunut teater berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan nilai tradisional dengan pandangan progresif, maka Teater Sabit sudah bisa dikatakan telah melaksanakan tugas dengan baik.

Nonton Teater Dapat Apa?

Jika pertanyaan kamu “Menonton teater dapat apa?“, maka jawabannya memperoleh ilmu tentang kesadaran , sehingga bisa memposisikan atau memantaskan diri di lingkup apapun.

Nah, berkenaan dengan Teater Sabit yang mengangkat isu secara relevan dan berani, yakni Perempuan Damar Kambang, diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk diskusi yang lebih luas tentang kesetaraan gender, terutama di Madura.

Artinya, sebagai penonton kamu diharapkan tidak hanya menikmati alur cerita, tetapi juga merenungkan makna di balik setiap adegan.(*)

Disclaimer: artikel ini adalah undangan bagi masyarakat terutama mahasiswa, untuk memikirkan ulang peran gender dalam tradisi.

Tentu melalui seni, yaitu Sabit FIP Universitas Trunojoyo menunjukkan bahwa perubahan sosial tidak harus bersifat konfrontatif, tetapi dapat dilakukan dengan cara yang inspiratif dan menyentuh hati.

- Advertisement -
Share This Article