Ritual Sedekah Bumi Lamongan Tak Lengkang Waktu? Begini Rahasianya

Tholha Aziz By Tholha Aziz 3 Min Read
3 Min Read
a black and white photo of some trees
Ritual Sedekah Bumi Lamongan Tak Lengkang Waktu? Begini Rahasianya (Ilustrasi)
- Advertisement -

SantraNusa – Langit senja menyaksikan petani memetik padi terakhir. Di sebuah sudut desa, suara gamelan mengiringi upacara kecil dengan sajen tersusun rapi.

Tradisi ini menjadi wujud syukur atas panen yang melimpah. Dari sawah hingga persembahan, ada makna mendalam yang menyatukan manusia, alam, dan Sang Pencipta.

Ritual yang Menjaga Harmoni

Sajen bukan sekadar benda. Ia adalah simbol penghubung antara manusia dan semesta. Di desa-desa agraris, persembahan ini mencerminkan rasa hormat pada alam yang memberi kehidupan.

Setiap elemen dalam sajen dipilih dengan hati-hati. Beras, buah-buahan, dan bunga menjadi lambang keselarasan.

- Advertisement -

Ritual ini juga menjadi pengingat bahwa manusia adalah bagian dari siklus alam yang saling bergantung.

Dari Panen ke Pemujaan

Proses panen bukan hanya pekerjaan fisik. Ia diiringi doa dan harapan sejak awal hingga akhir.

Saat panen selesai, petani menyusun sajen sebagai bentuk terima kasih. Ritual ini sering dilakukan di sawah atau tempat suci desa.

Persembahan kepada leluhur atau dewa dianggap sebagai ungkapan rasa syukur. Melalui sajen, hasil bumi dikembalikan kepada alam dalam wujud simbolis, sebagai sikap hormat terhadap pemberi kehidupan.

Tradisi yang Bertahan di Era Modern

Perubahan zaman tidak menghapus tradisi ini.

- Advertisement -

Meski cara hidup semakin modern, banyak komunitas masih mempertahankan ritual sajen sebagai bagian dari identitas budaya.

Generasi muda mulai belajar kembali tentang makna di balik tradisi ini.

Ritual ini juga menjadi daya tarik wisata budaya.

- Advertisement -

Wisatawan yang tertarik dengan keunikan tradisi lokal sering diundang untuk menyaksikan prosesi sajen, sehingga nilai-nilai luhur budaya tetap terjaga.

Menyambung Langit dan Bumi

Dalam tradisi sajen, ada keyakinan bahwa kehidupan di bumi terhubung dengan kekuatan ilahi di langit.

Persembahan ini menjadi sarana untuk menyampaikan rasa terima kasih dan memohon berkah di masa depan.

Sajen juga merefleksikan konsep keseimbangan.

Dengan memberi kepada alam, manusia berharap menjaga harmoni dan menghindari bencana.

Tradisi ini menjadi pengingat pentingnya hubungan saling menghormati antara manusia dan semesta.

Dari sawah hingga sajen, tradisi ini mengajarkan nilai-nilai universal yang relevan sepanjang masa.

Persembahan syukur bukan hanya bagian dari budaya, tetapi juga ekspresi spiritual yang mendalam.

Meski zaman terus berubah, nilai-nilai yang diwakili oleh sajen tetap relevan.

Harmoni antara manusia, alam, dan Sang Pencipta adalah pelajaran abadi yang tidak akan pudar oleh waktu.

Tradisi ini menjadi warisan yang menyatukan masa lalu, masa kini, dan masa depan.(*)

- Advertisement -
Share This Article