Rahasia di Balik Tradisi Tos-Otosan Orang Madura yang Harus Dipertahankan

Moh. Imam Baidowi
By Moh. Imam Baidowi - Moh. Imam Baidowi
5 Min Read
farmer, plowing buffalo, buffaloes plowed
Rahasia di Balik Tradisi Tos-Otosan Orang Madura yang Harus Dipertahankan (Ilustrasi)
- Advertisement -

SastraNusa – Praktek tradisi tos-otosan di Madura selalu menghadirkan daya tarik tersendiri bagi masyarakat setempat. Tradisi ini merupakan warisan leluhur yang sudah mengakar dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sosial masyarakat Madura. 

Keberadaan tos-otosan tidak sekadar menjadi simbol, tetapi menyimpan makna mendalam yang terus diwariskan dari generasi ke generasi.

Tradisi tos-otosan menjadi penanda dan menjadi salah satu alat bagi masyarakat Madura dalam menjalin kehidupan bersosial.

Dengan tetap mempertahankan tradisi Tos-otosan, masyarakat Madura telah mencerminkan apa itu kehidupan bertetangga, kehidupan sosial masyarakat, kehidupan gotong royong, kehidupan rukun tetangga. 

- Advertisement -

Sejarah dan Asal Usul Tradisi Tos-Otosan

Tos-otosan memiliki sejarah yang panjang dan berawal dari kehidupan masyarakat agraris di Madura.

Tradisi ini diyakini muncul sebagai bentuk penghormatan kepada para leluhur sekaligus ajang silaturahmi antar keluarga dan antar warga desa. 

Awalnya, tos-otosan dilakukan sebagai ritual syukur setelah musim panen, di mana masyarakat berkumpul, berbagi hasil panen, dan saling memberikan ucapan selamat atas kesuksesan mereka dalam bercocok tanam.

Perlahan, tos-otosan berkembang menjadi acara yang lebih kompleks dengan berbagai adat dan aturan.

Kehadirannya tidak hanya dilaksanakan pada masa panen, tetapi juga saat momen-momen penting lainnya, seperti perayaan hajatan besar atau acara adat lainnya. 

- Advertisement -

Meski telah mengalami banyak perubahan, nilai-nilai kebersamaan dan rasa syukur tetap menjadi inti dari tradisi ini.

Praktek Tradisi Tos-Otosan

Praktek atau konsep dari tradisi tos-otosan cukup sederhana, yakni saling membantu satu sama lain secara bergantian tanpa dibayar. 

Misalnya si A akan menanam padi di sawah miliknya, maka si A akan meminta kepada si B untuk menanam padi di sawahnya sampai selesai dengan perjanjian sistem totos-otos atau tanpa bayaran. Ketika si B akan menanam padi di sawah miliknya, maka si B akan menagih kepada si A untuk menanam padi di sawah milik si B. 

- Advertisement -

Konsep ini sangat sederhana, yakni kesepakatan antara 2 orang atau lebih dalam mengerjakan sesuatu secara bergantian tanpa mendapatkan bayaran. 

Seiring berjalannya waktu, praktek tos-otosan ini berkembang bukan hanya dibidang pertanian saja, namun juga sudah berkembang pada kegiatan sosial atau acara hajatan dengan konsep yang lebih disederhanakan dan praktis. 

Makna Historis dan Sosial dari Tradisi Tos-Otosan

Secara historis, tos-otosan menjadi simbol perlawanan terhadap individualisme yang mungkin muncul di tengah masyarakat modern. 

Tradisi ini mengajarkan bahwa kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari orang lain, dan selalu ada kepentingan bersama yang harus dijunjung tinggi. Dengan tos-otosan, masyarakat Madura mengingatkan diri mereka akan pentingnya kerja sama dan saling tolong-menolong.

Nilai sosial yang terkandung dalam tos-otosan sangat kaya. Ketika prosesi berlangsung, masyarakat tanpa memandang status ekonomi, usia, atau latar belakang, berkumpul dalam satu ikatan sosial yang kuat. 

Setiap orang memiliki peran yang sama pentingnya dalam acara tersebut. Kehadiran tokoh-tokoh adat serta perwakilan dari berbagai keluarga dalam setiap tos-otosan menegaskan ikatan persaudaraan yang tak lekang oleh waktu.

Mengapa Tradisi Tos-Otosan Harus Tetap Dipertahankan oleh Generasi Muda

Di tengah gempuran budaya modern dan globalisasi, keberadaan tradisi tos-otosan di Madura harus tetap dijaga oleh generasi muda. Tradisi ini mengajarkan banyak hal yang tidak bisa didapatkan dari budaya populer. 

Melalui tos-otosan, generasi muda dapat belajar mengenai arti solidaritas, pentingnya menjaga hubungan baik dengan sesama, serta memperkuat identitas mereka sebagai bagian dari masyarakat Madura.

Pelestarian tradisi ini menjadi penting untuk menjaga keberlanjutan nilai-nilai lokal agar tidak tergilas oleh pengaruh budaya asing. 

Generasi muda memiliki peran sentral dalam upaya ini, karena merekalah penerus tongkat estafet yang akan meneruskan warisan leluhur. 

Dengan mempelajari dan ikut terlibat dalam tos-otosan, generasi muda tidak hanya melestarikan budaya, tetapi juga memupuk rasa bangga terhadap identitas lokal mereka.

Tos-otosan bukan sekadar tradisi yang berlangsung tanpa makna. Ia adalah cerminan dari jati diri masyarakat Madura, yang kuat, bersatu, dan berakar pada nilai-nilai gotong-royong serta rasa syukur.

- Advertisement -
Share This Article