Pendidikan Ditantang Era Digital, Bagiamana Relevansi Tut Wuri Handayani ?

Tholha Aziz
6 Min Read
Pendidikan Ditantang Era Digital, Bagiamana Relevansi Tut Wuri Handayani ? (Ilustrasi)
Pendidikan Ditantang Era Digital, Bagiamana Relevansi Tut Wuri Handayani ? (Ilustrasi)
- Advertisement -

SastraNusa – Papan tulis perlahan tergantikan oleh layar interaktif, dan guru menghadapi siswa yang lebih fasih menggunakan gawai daripada buku tulis.

Pada era kecerdasan buatan (AI) membawa transformasi yang belum pernah terjadi sebelumnya di dunia pendidikan.

Prinsip lama “Tut Wuri Handayani,” yang berarti “di belakang memberikan dorongan,” kini diuji dalam konteks yang serba digital.

Tantangan Guru di Era Digital

Kemajuan teknologi telah mengubah cara siswa belajar.

- Advertisement -

Akses informasi menjadi instan, dengan mesin pencari dan chatbot cerdas siap menjawab pertanyaan apa pun dalam hitungan detik.

Guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber ilmu, melainkan salah satu dari sekian banyak referensi yang bisa diakses siswa.

Dalam situasi ini, peran guru sebagai pembimbing moral dan inspirator menjadi lebih penting.

Di tengah gempuran teknologi, siswa membutuhkan arahan untuk membedakan informasi valid dari hoaks.

Guru harus mampu menanamkan kemampuan berpikir kritis agar generasi digital tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pencipta inovasi yang bertanggung jawab.

- Advertisement -

AI ini Teman atau Kompetitor?

Kehadiran AI dalam dunia pendidikan memunculkan dilema tersendiri. Di satu sisi, teknologi ini menawarkan kemudahan,

seperti pembelajaran adaptif yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa. AI dapat mendeteksi kelemahan individu dan memberikan solusi personal tanpa kelelahan seperti manusia.

Namun, ada kekhawatiran bahwa AI bisa menggantikan peran guru.

- Advertisement -

Dengan algoritma yang semakin canggih, apakah seorang guru tetap relevan di ruang kelas yang didominasi oleh perangkat cerdas?

Pertanyaan ini memicu diskusi panjang tentang bagaimana manusia dan mesin bisa bekerja sama, bukan bersaing, dalam proses pendidikan.

Menanamkan Nilai di Era Teknologi

Di tengah kecanggihan teknologi, pendidikan tidak hanya soal transfer ilmu, tetapi juga soal nilai.

Prinsip “Tut Wuri Handayani” mengajarkan bahwa seorang guru harus membimbing siswa dengan bijaksana, memberikan dorongan tanpa mendominasi.

Peran ini menjadi krusial ketika siswa semakin terpapar teknologi yang memengaruhi cara mereka berpikir dan bertindak.

Guru memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa teknologi digunakan sebagai alat yang memajukan, bukan merusak.

Melalui pendekatan yang holistik, nilai-nilai seperti empati, integritas, dan kerja sama dapat ditanamkan.

AI mungkin mampu mengajarkan rumus matematika, tetapi tidak bisa menggantikan sentuhan manusia dalam membangun karakter.

Kolaborasi antara Guru dan Teknologi

Alih-alih merasa terancam, guru dapat memanfaatkan teknologi untuk memperkaya pengalaman belajar.

AI dapat digunakan untuk mengotomatisasi tugas administratif, seperti penilaian dan pelaporan, sehingga guru memiliki lebih banyak waktu untuk fokus pada interaksi dengan siswa.

Kolaborasi ini juga membuka peluang untuk menciptakan metode pembelajaran yang lebih menarik.

Dengan memanfaatkan data yang dikumpulkan AI, guru dapat merancang materi yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan siswa.

Hubungan ini mencerminkan semangat “Tut Wuri Handayani,” di mana teknologi menjadi pendorong, sementara guru tetap menjadi pemimpin moral.

Mempersiapkan Generasi Digital

Generasi yang lahir di era digital menghadapi tantangan yang berbeda dari generasi sebelumnya.

Dunia kerja mereka akan dipenuhi oleh otomatisasi, pekerjaan berbasis teknologi, dan persaingan global.

Guru harus membekali siswa dengan keterampilan yang relevan, seperti pemecahan masalah, komunikasi, dan kreativitas.

Selain itu, penting untuk menanamkan etika digital agar siswa memahami dampak dari setiap tindakan mereka di dunia maya.

Pendidikan tidak hanya berfungsi untuk mencerdaskan, tetapi juga untuk menciptakan individu yang bertanggung jawab secara sosial.

Dalam hal ini, prinsip “Tut Wuri Handayani” menjadi panduan yang tidak lekang oleh waktu.

Kesiapan Guru Menghadapi Perubahan

Transformasi pendidikan membutuhkan kesiapan dari pihak guru.

Pelatihan teknologi menjadi langkah penting agar guru tidak hanya memahami AI, tetapi juga mampu mengintegrasikannya dalam proses belajar-mengajar.

Dengan pemahaman yang tepat, guru dapat memimpin perubahan, bukan sekadar mengikutinya.

Namun, kesiapan ini juga harus didukung oleh kebijakan pemerintah dan institusi pendidikan.

Investasi dalam infrastruktur teknologi, pelatihan berkelanjutan, dan pengembangan kurikulum yang adaptif menjadi faktor penting dalam keberhasilan integrasi AI di dunia pendidikan.

Bagiamana Tut wuri Handayani di Era AI?

Di tengah perubahan yang cepat, penting untuk kembali pada nilai-nilai dasar pendidikan.

“Tut Wuri Handayani” bukan sekadar semboyan, tetapi filosofi yang menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran.

Prinsip ini mengingatkan bahwa meski teknologi semakin maju, peran guru sebagai pembimbing moral tidak boleh diabaikan.

Era AI membuka peluang besar untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih inklusif dan efisien.

Namun, peluang ini hanya dapat dimanfaatkan jika manusia dan teknologi bekerja berdampingan.

Guru, dengan kebijaksanaan dan sentuhannya, tetap menjadi sosok yang tak tergantikan.

Relevansi “Tut Wuri Handayani” tidak pudar di era kecerdasan buatan.

Justru, prinsip ini menjadi semakin penting sebagai panduan bagi guru dalam menghadapi tantangan zaman.

Teknologi dapat menjadi alat yang mendukung, tetapi guru adalah jiwa dari pendidikan itu sendiri.

Dengan memahami peran masing-masing, manusia dan teknologi dapat berkolaborasi untuk menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga bijak dalam bertindak.

Era AI adalah peluang untuk menghidupkan kembali semangat “Tut Wuri Handayani,” memberikan dorongan yang tepat bagi generasi digital.(*)

- Advertisement -
Share This Article