SastraNusa – Suara-suara lantang yang dulu akrab di telinga, kini perlahan-lahan hilang. Parbesan Madura, gaya bicara yang khas dalam berpidato atau berbicara di depan umum, semakin jarang digunakan.
Tradisi lisan ini dulunya menghidupkan setiap acara, dari pernikahan hingga acara adat. Namun, kini generasi muda Madura tak lagi melirik warisan ini. Hanya sedikit orang yang masih melestarikannya di tengah arus modernisasi dan perubahan budaya yang begitu pesat.
Tradisi parbesan tak hanya sekadar gaya bicara, tetapi juga simbol kearifan lokal yang menekankan nilai-nilai moral dan sosial.
Namun, perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah memudarkan keberadaan parbesan ini. Apakah yang menyebabkan generasi muda Madura meninggalkan tradisi ini?
Apa Itu Parbesan Madura
Parbesan Madura merupakan tradisi berpidato atau berbicara secara formal dengan gaya yang khas.
Dalam parbesan, bahasa yang digunakan penuh dengan kiasan, ungkapan, dan pepatah yang sarat makna. Umumnya, parbesan digunakan pada acara-acara adat seperti pernikahan, syukuran, hingga acara kematian.
Gaya bicara parbesan Madura mencerminkan kehalusan, kehormatan, dan kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun.
Dalam tradisi ini, terdapat aturan-aturan tertentu mengenai tata bahasa dan penyusunan kalimat. Pengucapan dan intonasi juga memiliki peran penting, mencerminkan nilai penghormatan kepada orang yang hadir.
Parbesan memiliki beberapa jenis, tergantung pada konteks dan acara yang berlangsung. Ada parbesan yang bersifat resmi, seperti dalam upacara pernikahan, dan ada juga parbesan yang lebih santai untuk acara-acara tertentu.
Meskipun terlihat sederhana, keterampilan parbesan membutuhkan latihan dan pemahaman bahasa yang mendalam.
Contoh Parbesan Madura
Sebagai gambaran, berikut adalah contoh ungkapan dalam parbesan Madura yang biasa diucapkan pada ungkapan perumpamaan atau menggambarkan sesuatu, seperti “Aeng sondeng nandha’agi dalemma lembung.” Yang artinya orang pendiam biasanya banyak ilmunya.
Ungkapan ini menyiratkan suatu perumpamaan yang menggambarkan akan sosok seseorang. Parbesan seperti ini mengandung nilai pemahaman yang kuat, menggambarkan akan sosok kepribadian seseorang.
Dalam acara adat, parbesan Madura sering kali digunakan untuk menyampaikan pesan moral dan nasihat bijak. Penggunaan bahasa yang puitis dan penuh dengan simbolisme membuat setiap kata dalam parbesan memiliki makna mendalam. Hal ini yang membuat parbesan Madura memiliki nilai seni tersendiri di mata masyarakat lokal.
Penyebab Parbesan Madura Jarang Digunakan
Seiring berkembangnya media sosial dan platform digital, bentuk komunikasi masyarakat berubah drastis.
Parbesan Madura yang kaya akan bahasa lokal dan diksi formal kini dianggap tidak lagi relevan. Masyarakat lebih memilih gaya bicara yang sederhana, modern, dan mudah dipahami oleh semua kalangan.
Selain itu, keterbatasan pengetahuan tentang parbesan juga menjadi kendala besar. Generasi muda Madura banyak yang tak mengenal istilah dan susunan bahasa parbesan.
Minimnya pembelajaran parbesan dalam pendidikan formal membuat tradisi ini hanya bisa dijumpai pada acara-acara adat tertentu saja.
Kesibukan dan gaya hidup masyarakat modern pun ikut mempengaruhi keberadaan parbesan Madura. Bagi sebagian besar orang, tradisi ini mungkin dianggap rumit dan memakan waktu.
Hal ini menyebabkan parbesan Madura semakin terpinggirkan, digantikan oleh pidato yang lebih ringkas dan praktis.
Banyak Pemuda Meninggalkan Parbesan Madura
Dalam kehidupan modern, keterampilan parbesan Madura semakin jarang dianggap sebagai hal penting. Pemuda Madura lebih memilih untuk fokus pada kemampuan lain yang dianggap lebih relevan dengan dunia kerja dan pendidikan mereka.
Parbesan yang penuh dengan bahasa puitis dan kiasan terkadang dianggap kaku dan sulit diapresiasi oleh generasi muda.
Hal ini diperparah dengan semakin langkanya para ahli parbesan yang bisa menjadi panutan. Pemuda Madura merasa tak memiliki tokoh yang dapat mengajarkan dan melestarikan tradisi ini.
Banyak generasi muda yang mungkin tahu tentang parbesan, tetapi tidak memiliki keterampilan atau kesempatan untuk mempraktikkannya.
Selain itu, pengaruh budaya luar juga mempercepat terkikisnya tradisi parbesan Madura. Di era globalisasi, generasi muda lebih terpapar pada budaya populer yang memiliki daya tarik kuat.
Parbesan yang membutuhkan pemahaman mendalam akan budaya lokal akhirnya dianggap tak lagi relevan di tengah dunia yang semakin homogen.
Tradisi parbesan Madura adalah warisan budaya yang penuh makna, namun kini mulai terpinggirkan oleh arus modernisasi.
Banyaknya pemuda yang meninggalkan tradisi ini menjadi tantangan bagi keberlangsungan parbesan. Di tengah perubahan zaman, parbesan Madura tetap penting untuk dilestarikan sebagai identitas dan kearifan lokal.
Meski tidak lagi sering digunakan, parbesan menyimpan nilai moral dan sosial yang berharga bagi masyarakat Madura. Tradisi ini adalah salah satu bentuk kekayaan budaya Indonesia yang unik dan tak ternilai harganya.
Parbesan Madura selayaknya dijaga dan diwariskan kepada generasi muda agar tetap hidup dan terus dikenal oleh anak cucu di masa mendatang.