Nonton Serentak Film G 30 S,Tradisi di Zaman Orba yang Hilang

Sholihul Huda By Sholihul Huda
8 Min Read
grayscale photography of army group picture
Nonton Serentak Film G 30 S,Tradisi di Zaman Orba yang Hilang (Ilustrasi)
- Advertisement -

Salah satu faktor utama adalah perubahan kebijakan pemerintahan, di mana film ini dulunya dianggap penting sebagai alat propaganda selama era Orde Baru.

Namun, seiring dengan transisi menuju reformasi, interpretasi terhadap film ini mulai beragam, dan penayangan film tersebut tidak lagi diatur oleh pemerintah.

Selain itu, perkembangan teknologi juga memainkan peran penting dalam evolusi tradisi nonton film. Sebelumnya, penonton film G 30 S berkumpul di ruang-ruang publik atau di rumah untuk menyaksikan film secara bersama-sama.

Namun, dengan kemajuan dalam teknologi streaming dan aksesibilitas media, kebiasaan menonton film beralih ke platform digital.

Generasi muda kini lebih memilih menonton film di komputer atau ponsel, yang menyebabkan hilangnya interaksi sosial yang biasa terjadi saat menonton film di tempat umum.

Hal ini berdampak pada cara orang berinteraksi dengan film serta pengalaman berbagi yang semakin terbatas.

Pergeseran nilai dalam masyarakat juga berkontribusi pada hilangnya tradisi ini. Di era modern, pemuda cenderung lebih fokus pada konten hiburan yang bersifat ringan dan menghibur, ketimbang film yang menyampaikan pesan sejarah.

Respons generasi muda terhadap film G 30 S mencerminkan ketidaktertarikan mereka terhadap sejarah dan isu-isu politik yang diangkat dalam film tersebut.

Oleh karena itu, penting untuk memahami bahwa hilangnya tradisi menonton film ini tidak hanya merupakan masalah sejarah, tetapi juga mencerminkan perubahan dalam identitas budaya masyarakat Indonesia.

Memahami sejarah, termasuk film G 30 S, adalah esensial untuk menjaga memori kolektif dan identitas budaya kita di tengah perubahan zaman yang sangat cepat.

Refleksi Pribadi dan Implikasi Masa Depan

Pengalaman menonton film G 30 S memberikan refleksi yang mendalam mengenai bagaimana visualisasi sejarah dapat membentuk pandangan seseorang terhadap masa lalu.

Melalui narasi yang dihadirkan, penonton dihadapkan pada berbagai perspektif mengenai peristiwa yang terjadi, sehingga menimbulkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang kompleksitas sejarah.

Film ini bukan hanya sekadar dokumentasi, melainkan juga sebuah alat untuk membangun kesadaran kolektif tentang peristiwa tragis yang menjadi bagian penting dari sejarah bangsa.

Hal ini mengingatkan kita akan tanggung jawab untuk terus menjaga memori sejarah agar tidak terlupakan.

Relevansi film G 30 S di era sekarang tetap signifikan. Meskipun situasi sosial dan politik saat ini berbeda, pelajaran yang bisa dipetik dari film ini tetap menjadi bagian integral dalam mendidik generasi mendatang.

Memperkenalkan dan mendiskusikan film ini dalam konteks pembelajaran sejarah dapat membantu menjembatani kesenjangan pengetahuan tentang masa lalu.

Dalam konteks ini, penting bagi kita untuk menciptakan ruang diskusi yang sehat tentang sejarah, sebagai cara untuk membangun kesadaran kritis di kalangan generasi penerus.

Di tengah arus informasi yang semakin deras, upaya mengedukasi generasi muda mengenai sejarah lokal dan tradisi budaya menjadi lebih penting.

Memahami konteks sejarah tidak hanya memberi perspektif tentang masa lalu, tetapi juga dapat memperkuat identitas dan nilai-nilai yang perlu dijunjung tinggi.

Maka dari itu, mengajak generasi mendatang untuk terlibat dalam diskusi seputar sejarah dan budaya, membuka peluang untuk mempertahankan tradisi yang dapat menjadi warisan berharga.

Dalam kerangka ini, menggali kembali apa yang hilang dari tradisi nonton serentak film G 30 S bisa menjadi langkah awal untuk membangun kesadaran dan rasa memiliki terhadap sejarah.(*)

- Advertisement -
Share This Article