SastraNusa – Di sebuah sore yang berangin di tepian laut Madura, suara lantunan tembang Tanduk Majeng menggema. Seorang petani garam yang lelah setelah seharian bekerja di ladang, duduk sejenak di bawah naungan pohon sambil mendengarkan tembang tersebut.
Bait-baitnya, yang dinyanyikan dengan penuh penghayatan, mengiringi tarikan napas sang petani yang mulai tenang. Tanduk Majeng, sebuah tembang tradisional Madura, bukan hanya sekadar lagu pengiring waktu senggang. Melodi dan liriknya telah menyatu dalam kehidupan masyarakat Madura, menjadi sumber inspirasi dan dorongan moral.
Lebih dari sekadar hiburan, tembang ini membentuk etos kerja yang kokoh dan gigih di kalangan masyarakat Madura.
Latar Budaya dan Makna Simbolis Tanduk Majeng
Tanduk Majeng, dalam bahasa Madura berarti “berangkat maju”, adalah tembang yang berasal dari pulau Madura, Jawa Timur.
Lagu ini memiliki akar kuat dalam kehidupan sosial masyarakat Madura, terutama di kalangan para petani garam, nelayan, dan mereka yang bekerja keras di lapangan.
Lirik-liriknya mencerminkan semangat kerja, kegigihan, dan perjuangan hidup yang dihadapi oleh masyarakat Madura.
Dalam konteks ini, Tanduk Majeng bukan hanya tentang keberangkatan fisik menuju tempat kerja, tetapi juga sebuah perjalanan mental dan spiritual menuju pencapaian yang lebih baik.
Dalam narasi tembang ini, terkandung pesan moral untuk terus maju, meskipun tantangan dan rintangan menghadang.
Etos kerja yang ditanamkan melalui Tanduk Majeng bukanlah etos yang instan, melainkan etos yang lahir dari keterbatasan dan kemiskinan.
Bagi masyarakat Madura, lagu ini adalah pengingat akan pentingnya ketekunan, kesabaran, dan keberanian dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.
Pengaruh Tanduk Majeng terhadap Identitas Budaya
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Kebudayaan Madura pada tahun 2022, sekitar 75% masyarakat Madura yang terlibat dalam sektor agraris dan perikanan menyatakan bahwa Tanduk Majeng memiliki pengaruh besar terhadap semangat kerja mereka.
Para pekerja, baik itu petani garam maupun nelayan, sering kali mendengarkan atau bahkan melantunkan tembang ini sebelum memulai aktivitas harian mereka.
Selain itu, tembang ini sering dinyanyikan dalam berbagai acara adat dan upacara tradisional sebagai simbol keberanian dan ketekunan.
Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa Tanduk Majeng menjadi bagian integral dari pendidikan informal yang diterima oleh generasi muda Madura.
Melalui tembang ini, nilai-nilai budaya seperti kerja keras, semangat pantang menyerah, dan loyalitas terhadap keluarga dan komunitas ditanamkan sejak dini.
Hal ini menjadikan Tanduk Majeng bukan hanya sebagai warisan budaya, tetapi juga sebagai alat pendidikan moral yang berkelanjutan.
Narasi dalam Tembang: Refleksi Kehidupan dan Perjuangan
Lirik-lirik Tanduk Majeng sarat dengan simbolisme yang menggambarkan kondisi kehidupan masyarakat Madura. Dalam bait-baitnya, sering kali muncul narasi tentang keberangkatan, pengorbanan, dan harapan akan masa depan yang lebih baik.
Lagu ini mencerminkan bagaimana masyarakat Madura memandang pekerjaan bukan hanya sebagai kewajiban, tetapi sebagai bentuk pengabdian kepada keluarga dan komunitas.
Madura, yang oleh kebanyakan orang dianggap memiliki kondisi geografisnya yang keras yakni tanah yang tandus, kekurangan sumber daya alam, serta kehidupan yang bergantung pada laut dan garam, telah membentuk mentalitas masyarakatnya untuk menjadi pekerja keras dan tangguh.
Dalam konteks inilah, Tanduk Majeng memainkan peran sentral dalam membangun narasi kolektif tentang pentingnya bertahan dalam keadaan sulit.
Seorang nelayan yang pergi ke laut di tengah badai, atau seorang petani garam yang bekerja di bawah terik matahari, menemukan kekuatan dalam lirik-lirik tembang ini.
Etos Kerja Masyarakat Madura
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur tahun 2023, tingkat partisipasi angkatan kerja di Madura mencapai 67,5 persen, lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional yang berada di angka 65 persen.
Angka ini mencerminkan semangat kerja masyarakat Madura yang kuat, meskipun kondisi ekonomi dan alam yang menantang.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Universitas Trunojoyo Madura menunjukkan bahwa etos kerja masyarakat Madura sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai tradisional yang diwariskan dari generasi ke generasi, salah satunya melalui tembang-tembang seperti Tanduk Majeng.
Dalam penelitian tersebut, ditemukan bahwa 85 persen responden menyatakan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam Tanduk Majeng secara langsung mempengaruhi cara mereka menjalani kehidupan sehari-hari, terutama dalam hal ketekunan dan daya juang.
Selain itu, etos kerja masyarakat Madura sering kali diidentikkan dengan sikap pantang menyerah dan kesetiaan terhadap tanggung jawab, yang tercermin jelas dalam budaya kerja keras mereka.
Tanduk Majeng dan Pembentukan Karakter
Sebagai salah satu bentuk seni tradisional, Tanduk Majeng berfungsi lebih dari sekadar hiburan. Lagu ini mengajarkan pentingnya rasa syukur dalam bekerja, meskipun hasil yang didapat belum tentu sesuai harapan.
Dalam budaya Madura, bekerja keras adalah bentuk ibadah dan pengabdian, bukan hanya kepada Tuhan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat.
Narasi dalam Tanduk Majeng juga mengandung nilai kebersamaan. Dalam masyarakat Madura, pekerjaan sering kali dilakukan bersama-sama dalam bentuk gotong royong.
Melalui tembang ini, masyarakat diajarkan untuk saling mendukung dan membantu, terutama dalam menghadapi tantangan yang sulit. Kebersamaan ini menjadi salah satu pilar penting dalam membangun etos kerja yang solid di kalangan masyarakat Madura.
Nada, Narasi, dan Etos Kerja
Tanduk Majeng bukan hanya sekadar lagu tradisional yang dinyanyikan untuk mengisi waktu luang, tetapi sebuah narasi yang menggambarkan perjuangan hidup masyarakat Madura.
Melalui nada-nada yang sederhana namun penuh makna, serta lirik-lirik yang kuat, tembang ini membentuk etos kerja yang tangguh dan berani di kalangan masyarakat Madura.
Nilai-nilai yang terkandung dalam tembang ini, seperti ketekunan, keberanian, dan kebersamaan, menjadi fondasi bagi masyarakat Madura dalam menghadapi tantangan hidup sehari-hari.
Dengan demikian, Tanduk Majeng bukan hanya sekadar warisan budaya yang harus dilestarikan, tetapi juga sebuah pengingat akan pentingnya kerja keras dan solidaritas dalam membangun kehidupan yang lebih baik.
Seiring dengan perkembangan zaman, nilai-nilai yang terkandung dalam tembang ini tetap relevan dan terus menginspirasi generasi baru masyarakat Madura untuk tetap maju, meskipun tantangan yang dihadapi semakin kompleks.(*)