SastraNusa – Teater adalah medium yang unik untuk menyampaikan pesan-pesan mendalam tentang kemanusiaan dan lingkungan. Pada diklat Teater ILAT IAI TABAH Kranji, menyuguhkan sebuah pertunjukan yang menarik untuk disimak dan dikaji pesan moralnya serta simbolik yang ada di dalamnya.
Dalam pertunjukan “Kabar dari Gunung” karya Deni Jazuly, pendekatan semiotika hadir sebagai alat untuk meneliti bagaimana simbol-simbol dalam pertunjukan ini merefleksikan kondisi alam dan manusia.
Adaptasi dari musik puisi berjudul “Mahapralaya,” karya ini menggambarkan kehampaan ekosistem laut, hutan, dan gunung. Melalui representasi yang kaya, pertunjukan ini tidak hanya menawarkan hiburan, tetapi juga mengajak penonton merenungkan kerusakan lingkungan yang terjadi akibat perilaku manusia.
Simbolik Karakter
Dalam “Kabar dari Gunung,” karakter seperti Manusia Hewan, Manusia Gentong, Manusia Masker, dan Manusia Batu berfungsi sebagai simbol yang kuat. Masing-masing mewakili aspek tertentu dari alam dan interaksi manusia dengan lingkungan.
Misalnya, Manusia Hewan menggambarkan keterhubungan manusia dengan fauna, sedangkan Manusia Gentong merepresentasikan sumber daya alam yang dieksploitasi. Melalui karakter-karakter ini, penonton diajak untuk memahami bagaimana setiap tindakan manusia berdampak pada ekosistem.
Metafora Alam
Metafora alam dalam pertunjukan ini menjadi elemen penting dalam menyampaikan pesan yang ingin disampaikan. Laut, hutan, dan gunung bukan sekadar latar, tetapi juga tokoh yang berbicara tentang kerusakan yang diakibatkan oleh eksploitasi.
Dalam konteks ini, laut yang tenang menggambarkan harapan, sementara hutan yang hancur dan gunung yang gundul merepresentasikan kehampaan. Setiap elemen alam berfungsi sebagai pengingat bahwa tindakan manusia memiliki konsekuensi yang jauh lebih besar daripada sekadar kepentingan sesaat.
Simbolisme Elemen Alam
Air, tanah, dan api menjadi simbol sentral dalam pertunjukan ini. Air melambangkan kehidupan, tetapi dalam konteks kerusakan lingkungan, ia juga bisa berarti kehancuran. Tanah mewakili tempat tinggal bagi banyak makhluk hidup, sedangkan api sering kali diasosiasikan dengan destruksi.
Ketiga elemen ini, ketika dipadukan, menyampaikan pesan tentang pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem. Melalui simbolisme ini, penonton diingatkan akan tanggung jawab mereka terhadap lingkungan.
Penggunaan Ruang Panggung
Tata panggung dalam “Kabar dari Gunung” dirancang dengan cermat untuk menciptakan atmosfer yang mendukung tema. Penggunaan elemen natural seperti kayu, batu, dan air dalam desain panggung membawa penonton lebih dekat dengan konsep alam.
Ruang yang terbuka dan terfragmentasi menciptakan kesan bahwa alam dan kehidupan manusia saling berinteraksi dan terkadang saling menghancurkan. Ini juga memungkinkan penonton merasakan kedekatan dengan tema yang diangkat.
Kostum dan Properti
Pilihan kostum dan properti dalam pertunjukan ini memiliki makna yang mendalam. Kostum yang dikenakan oleh para pemain mencerminkan karakter yang mereka mainkan, dengan simbol-simbol yang mengingatkan pada elemen-elemen alam.
Misalnya, Manusia Batu menggunakan material yang menyerupai batu, sedangkan Manusia Masker membawa topeng yang melambangkan penipuan dan kedok.
Properti seperti gentong dan alat peraga lain menunjukkan bagaimana manusia memanfaatkan sumber daya alam, sekaligus menunjukkan dampak dari eksploitasi tersebut.
Musik dan Suara
Musik dan efek suara memainkan peran krusial dalam menambah kedalaman emosi pertunjukan. Melodi yang lembut bisa menciptakan suasana damai, sementara suara bising dan hancuran mencerminkan kerusakan yang terjadi.
Penggunaan suara alam, seperti gemuruh ombak dan suara angin, membawa penonton ke dalam dunia yang digambarkan, memungkinkan mereka merasakan kehadiran alam secara langsung. Ini memperkuat pesan bahwa manusia dan alam tidak bisa dipisahkan.
Konteks Sosial dan Budaya
Konteks sosial dan budaya saat ini sangat memengaruhi cara penonton menginterpretasikan pertunjukan ini. Dalam era di mana isu lingkungan semakin mendesak, “Kabar dari Gunung” menjadi panggilan untuk bertindak.
Penonton yang menyaksikan pertunjukan ini dapat melihat refleksi dari masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Tanggapan dan diskusi yang muncul setelah pertunjukan menunjukkan bahwa seni, dalam hal ini teater, memiliki kekuatan untuk menggerakkan kesadaran dan mendorong perubahan.
Kesimpulan
“Kabar dari Gunung” karya Deni Jazuly merupakan karya teater yang kaya akan simbolisme dan makna. Pendekatan semiotika yang digunakan dalam pertunjukan ini membuka ruang bagi analisis mendalam mengenai hubungan antara manusia dan alam.
Melalui karakter-karakter simbolis, elemen alam, serta penggunaan ruang dan musik, pertunjukan ini mengajak penonton untuk merenungkan tanggung jawab mereka terhadap lingkungan. Dengan demikian, teater tidak hanya menjadi sarana hiburan, tetapi juga alat refleksi sosial yang penting.(*)