SastraNusa – Tumpeng, sajian tradisional yang berbentuk kerucut dari nasi kuning atau putih, memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Jawa dan Madura. Tidak hanya menjadi pusat dari setiap perayaan adat dan keagamaan, tumpeng juga merupakan simbol syukur dan doa kepada Tuhan.
Di balik bentuk dan susunan lauknya, terdapat makna yang mendalam, melambangkan hubungan harmonis antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.
Jadi tidak heran, apabila tumpeng telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya dan tradisi di dua wilayah ini.
Melirik dari kacamata filosofis tumpeng bagi masyarakat Jawa dan Madura, ternyata tidak hanya berhenti pada ritual syukur. Bentuknya yang menyerupai gunung menjadi representasi dari hubungan spiritual dengan alam.
Masyarakat Jawa meyakini gunung sebagai tempat sakral, pusat alam semesta, tempat di mana manusia bisa mendekatkan diri kepada Tuhan.
Di sisi lain, masyarakat Madura, meski berbeda budaya, juga memandang tumpeng sebagai lambang keberkahan dan keseimbangan hidup.
Filosofi di Balik Tumpeng
Tumpeng disajikan dengan berbagai lauk yang ditempatkan mengelilingi nasi berbentuk kerucut. Setiap lauk dalam tumpeng memiliki makna yang sangat simbolis.
Ayam ingkung, misalnya, melambangkan ketulusan hati dan pengorbanan. Ikan lele dipilih karena ia hidup di lumpur, yang melambangkan kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi cobaan hidup.
Kemudian telur utuh, yang sering ditempatkan di sekitar tumpeng, menggambarkan awal baru dan harapan.
Keberagaman lauk tersebut menjadi simbol persatuan dalam perbedaan. Di masyarakat Jawa dan Madura, konsep ini sangat dijunjung tinggi.
Kebersamaan dan gotong royong merupakan inti dari kehidupan sosial di kedua budaya ini, dan tumpeng menjadi representasi dari semangat itu.
Dalam acara adat atau keagamaan, tumpeng sering kali menjadi sajian utama yang disaksikan banyak orang. Momen ketika tumpeng dipotong dan dibagikan menandakan puncak dari upacara syukur.
Biasanya, bagian puncak tumpeng dipersembahkan kepada orang yang dihormati, seperti tokoh adat atau kepala keluarga.
Tentu hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran kepemimpinan dalam menjaga harmoni dan kesejahteraan masyarakat.
Pengaruh Tumpeng di Kehidupan Masyarakat Jawa dan Madura
Selain sebagai simbol spiritual, tumpeng juga memiliki pengaruh kuat dalam kehidupan sosial masyarakat Jawa dan Madura.
Artinya, setiap perayaan yang melibatkan tumpeng selalu menjadi momen untuk mempererat tali persaudaraan.
Orang-orang dari berbagai latar belakang berkumpul, makan bersama, dan berbagi kebahagiaan. Ini memperlihatkan betapa pentingnya kebersamaan dalam kedua budaya tersebut.
Bagi masyarakat Jawa, tumpeng sering disajikan dalam acara-acara seperti slametan, peringatan hari besar Islam, atau acara penting keluarga seperti kelahiran dan pernikahan.
Di Madura, tradisi ini juga diadaptasi dalam berbagai bentuk, tetapi intinya tetap sama: sebagai simbol syukur kepada Tuhan atas berkah dan perlindungan yang diberikan.
Di era modern, meskipun pola kehidupan sudah banyak berubah, tumpeng tetap dipertahankan dalam berbagai perayaan.
Bahkan, dalam konteks urban yang semakin maju, tumpeng masih menjadi simbol penting yang menegaskan ikatan sosial dan budaya.
Tumpeng dan Kehidupan Modern
Di tengah arus modernisasi, tumpeng masih relevan dan menjadi bagian dari identitas masyarakat Jawa dan Madura.
Tradisi ini terus dijaga, bahkan dalam acara-acara yang lebih modern seperti ulang tahun perusahaan, acara sekolah, hingga acara pemerintahan.
Keberadaan tumpeng dalam acara-acara tersebut memberikan sentuhan lokal dan tradisional yang tetap dihormati, meskipun acara berlangsung dalam suasana yang lebih kontemporer.
Adaptasi tumpeng dalam kehidupan modern juga terlihat dalam cara penyajiannya. Kini, variasi tumpeng dengan berbagai bentuk dan lauk semakin banyak ditemukan, baik di Jawa maupun Madura.
Beberapa bahkan menghadirkan tumpeng mini, yang lebih praktis dan sesuai dengan gaya hidup modern. Meski begitu, makna filosofi dan spiritual yang terkandung di dalamnya tetap dipertahankan.
Untuk masyarakat Madura, tumpeng telah mengalami modifikasi dengan menggunakan bumbu lokal yang khas. Namun, esensinya sebagai simbol keberkahan dan doa tidak berubah.
Setiap perayaan yang menghadirkan tumpeng tetap menjadi momentum penting untuk memperkuat solidaritas sosial dan mempererat hubungan antarwarga.
Simbol Kesatuan dan Kearifan Lokal
Salah satu alasan mengapa tumpeng tetap dipertahankan dan dijaga adalah karena ia menjadi simbol kesatuan dan kearifan lokal.
Masyarakat Jawa dan Madura selalu memandang tumpeng sebagai wujud dari harmoni kehidupan.
Penyajiannya di tengah-tengah acara merupakan simbol keseimbangan, baik dalam kehidupan spiritual maupun sosial.
Proses pemotongan tumpeng dan pembagiannya kepada orang-orang yang hadir juga menjadi simbol keadilan dan kebersamaan.
Semua yang hadir dalam perayaan tersebut mendapatkan bagian dari tumpeng, yang berarti setiap individu memiliki peran dalam menjaga keseimbangan sosial di komunitasnya.
Tradisi ini menegaskan betapa pentingnya gotong royong dan saling berbagi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa dan Madura.
Di sisi lain, tumpeng juga menjadi simbol kearifan lokal yang tidak lekang oleh waktu.
Hal itu bisa diketahui dalam setiap acara tradisional yang melibatkan tumpeng, selalu ada pesan moral yang ingin disampaikan, yaitu pentingnya rasa syukur, kebersamaan, dan kehidupan yang seimbang.
Meskipun era modernisasi membawa banyak perubahan, nilai-nilai ini tetap dijunjung tinggi oleh masyarakat Jawa dan Madura.
Tumpeng Sebagai Warisan Budaya
Tumpeng bukan hanya sekadar hidangan, tetapi juga warisan budaya yang mengandung nilai-nilai spiritual, sosial, dan kearifan lokal.
Bagi masyarakat Jawa dan Madura, tumpeng adalah simbol kehidupan yang penuh dengan syukur, kebersamaan, dan harmoni.
Tradisi ini telah diwariskan secara turun-temurun dan terus dijaga, bahkan di tengah perubahan zaman.
Meski kini banyak tradisi yang mulai ditinggalkan, tumpeng tetap hidup dan berkembang.
Masakan yang dalam bentuk gunung ini, mampu beradaptasi dengan zaman tanpa kehilangan esensi utamanya.
Setiap kali tumpeng dihadirkan, baik dalam acara tradisional maupun modern, ia selalu menjadi pengingat akan pentingnya menjaga keseimbangan dalam kehidupan.
Masyarakat Jawa dan Madura telah membuktikan bahwa tumpeng adalah salah satu warisan budaya yang memiliki nilai-nilai abadi.
Melalui sajian ini, mereka mengajarkan pentingnya syukur, kebersamaan, dan solidaritas.
Tentunya warisan ini tidak hanya memperkaya budaya mereka, tetapi juga menjadi contoh bagaimana tradisi bisa terus hidup di tengah arus modernisasi tanpa kehilangan jati dirinya.(*)