Kesimpulan: Legasi Seorang Maestro
Mbah Tohir Jokasmo adalah sosok yang luar biasa dalam dunia teater Indonesia. Meskipun usianya tidak muda lagi, semangatnya untuk berkarya dan memberikan inspirasi kepada generasi milenial tak pernah surut.
Karya-karyanya yang membawa pesan moral dan menggugah kesadaran sosial telah menciptakan dampak positif bagi perkembangan teater pelajar di Gresik.
Legasi yang ditinggalkannya tidak hanya akan dikenang dalam bentuk pertunjukan, tetapi juga dalam hati dan pikiran setiap individu yang terpengaruh oleh ajarannya.
Mbah Tohir bukan sekadar seorang maestro, melainkan juga seorang pelopor yang telah membuka jalan bagi generasi selanjutnya untuk mengeksplorasi dunia teater dengan semangat dan kreativitas.
Dengan dedikasinya, dia telah membuktikan bahwa seni teater adalah kekuatan yang mampu mengubah masyarakat, dan inspirasi yang ditanamkannya akan terus hidup dalam setiap pertunjukan yang akan datang.
Dari Proscenium hingga Arena: Mbah Tohir Bagikan Pengalamannya di 7 Jenis Panggung
Teater, dengan segala dinamika dan nuansa artistiknya, selalu memiliki daya tarik yang luar biasa.
Berbagai jenis panggung menjadi ruang bagi para seniman untuk mengekspresikan imajinasi dan kreativitas mereka.
Salah satu yang telah lama berkiprah di dunia teater adalah Mbah Tohir, seorang aktor sekaligus sutradara yang telah menorehkan banyak cerita di dunia peran.
Dalam sebuah kesempatan istimewa, Mbah Tohir membagikan pengalamannya mengenai tujuh jenis panggung yang telah ia jelajahi selama puluhan tahun berkarir di dunia seni pertunjukan.
Proscenium: Panggung yang Menjaga Jarak
Panggung proscenium mungkin adalah jenis panggung yang paling sering kamu temui di berbagai teater besar.
Panggung ini memiliki keunggulan dalam menciptakan jarak antara penonton dan pemain. Di panggung ini, penonton tidak berada di sekitar pemain, tetapi hanya di satu sisi saja.
Bagi Mbah Tohir, panggung proscenium memberikan tantangan tersendiri karena pemain harus lebih maksimal dalam mengekspresikan emosi dan gerakan agar penonton yang duduk jauh tetap bisa merasakan intensitas cerita yang ditampilkan.
Proscenium memberikan ruang untuk teknik pencahayaan yang dramatis dan latar belakang yang detail, sehingga cerita bisa lebih hidup.
Menurut Mbah Tohir, keistimewaan panggung proscenium adalah kemampuannya untuk menjaga fokus penonton pada pemain yang ada di tengah panggung.
Namun, di balik keindahan itu, ada tantangan untuk menyampaikan emosi secara utuh. “Panggung ini menuntut kita untuk berbicara dengan tubuh, untuk menghidupkan kata-kata yang tak hanya didengar, tapi juga terlihat,” ujar Mbah Tohir.
Arena: Panggung yang Memeluk Penonton
Berbeda dengan proscenium, panggung arena memposisikan penonton di sekeliling pemain. Panggung ini memungkinkan kedekatan yang lebih intens antara pemain dan penonton.
Kamu yang pernah menonton pertunjukan di panggung arena pasti tahu betapa dekatnya jarak antara penonton dan aktor. “Arena mengajarkan kita untuk tidak bersembunyi di balik dekorasi atau jarak yang jauh.
Kita harus bisa menjiwai peran dengan lebih alami dan spontan,” kata Mbah Tohir.
Di panggung arena, setiap sudut harus diperhatikan karena penonton bisa berada di mana saja, bahkan bisa mengelilingi pemain.
Hal ini menuntut para aktor untuk lebih lincah dan kreatif dalam bergerak. Dalam panggung arena, reaksi penonton bisa langsung dirasakan, memberi energi tambahan bagi aktor untuk lebih hidup dalam bermain.
Namun, Mbah Tohir menyebutkan bahwa terkadang, kedekatan ini bisa menjadi bumerang, karena penonton bisa melihat setiap detail, baik itu ekspresi kecil atau gerakan tubuh yang tidak sengaja terlihat.
Teater Ruang Terbuka: Di Bawah Langit yang Luas
Teater ruang terbuka memberikan sensasi berbeda karena kamu tidak hanya menyaksikan pertunjukan dari dalam gedung, tetapi juga di luar ruangan yang luas.
Mbah Tohir pernah mengalaminya ketika terlibat dalam pertunjukan teater outdoor di sebuah festival. “Saat berada di bawah langit terbuka, suasana yang tercipta sangat bergantung pada cuaca dan atmosfer sekitar.
Suara alam, angin, dan cahaya matahari menjadi bagian dari pertunjukan itu sendiri,” ujar Mbah Tohir.
Panggung terbuka sering kali menguji ketahanan suara dan penguasaan panggung para aktor.
Tidak ada dinding yang membatasi suara, sehingga pengucapan harus jelas dan lantang. Selain itu, aktor harus pandai berimprovisasi karena kondisi alam yang sering kali berubah-ubah.
Panggung Black Box: Fleksibilitas Tanpa Batas
Berbeda dengan panggung-panggung lainnya, panggung black box adalah ruang yang memiliki fleksibilitas tinggi.
Ukurannya yang kecil dan bentuknya yang sederhana membuatnya sangat cocok untuk eksperimen artistik.
Mbah Tohir menyebut panggung ini sebagai tempat yang memberikan kebebasan penuh bagi para seniman. “Panggung black box membebaskan kita dari batasan konvensional.
Dengan pencahayaan yang bisa diatur sedemikian rupa, kita dapat menciptakan atmosfer yang unik dan berbeda di setiap pertunjukan,” ujar Mbah Tohir.
Keistimewaan panggung black box adalah kemampuannya untuk memberikan pengalaman intim antara pemain dan penonton.
Setiap gerakan, suara, bahkan napas aktor bisa terasa lebih dekat. Panggung ini juga memberi kesempatan bagi seniman untuk bereksperimen dengan elemen-elemen teknis seperti suara dan pencahayaan yang tidak biasa.
Panggung Imax: Visual yang Menghipnotis
Mbah Tohir pernah merasakan pengalaman unik saat tampil di panggung imax, yang menggunakan teknologi layar besar dengan kualitas visual yang menakjubkan.
Panggung jenis ini mengedepankan visual dan teknologi untuk menciptakan pengalaman yang luar biasa bagi penonton. “Di panggung imax, kita tidak hanya tampil di atas panggung, tetapi juga menjadi bagian dari visualisasi yang begitu besar. Ini adalah pengalaman baru yang memukau,” ujar Mbah Tohir.
Panggung imax memungkinkan penonton untuk merasakan dunia cerita dengan lebih mendalam, karena visual yang ditampilkan sangat mendetail.
Dengan layar besar dan teknologi canggih, pertunjukan seolah mengelilingi penonton, memberi sensasi yang lebih intens.
Panggung Eksperimental: Luar Biasa dalam Kebebasan
Salah satu jenis panggung yang paling disukai oleh Mbah Tohir adalah panggung eksperimental, yang sering digunakan untuk pertunjukan avant-garde atau percakapan seni yang belum pernah dilakukan sebelumnya.
Panggung eksperimental sering kali menggabungkan berbagai bentuk seni, seperti teater, musik, tari, dan visual, dalam satu pertunjukan yang penuh kejutan.
“Di panggung eksperimental, batasan seni hampir tidak ada. Para seniman bisa berkolaborasi dan menciptakan sesuatu yang benar-benar baru,” jelas Mbah Tohir.
Panggung ini membuka ruang bagi eksplorasi ide-ide segar yang tak terduga, memberi kebebasan bagi aktor dan seniman untuk berimprovisasi tanpa takut dihakimi.
Hasilnya, sebuah karya yang menantang konvensi dan menyentuh batas-batas seni.
Panggung Virtual: Realitas yang Melingkupi
Terakhir, panggung virtual yang memanfaatkan teknologi digital untuk menciptakan pengalaman teater yang sepenuhnya baru.
Panggung virtual memberikan kesempatan bagi penonton di seluruh dunia untuk menyaksikan pertunjukan teater tanpa harus berada di tempat yang sama. “Dengan teknologi virtual, teater tidak lagi terbatas oleh ruang dan waktu.
Kamu bisa menyaksikan pertunjukan dari mana saja dan kapan saja,” kata Mbah Tohir.
Panggung virtual membuka jalan bagi transformasi teater dalam era digital, menciptakan ruang baru untuk interaksi antara penonton dan pertunjukan.
Namun, tantangan terbesar di panggung ini adalah bagaimana tetap mempertahankan unsur emosional yang kuat meski penonton tidak berada di ruang fisik yang sama.
Kesimpulan: Setiap Panggung Memiliki Ceritanya Sendiri
Mbah Tohir menutup pembicaraannya dengan sebuah pesan penting: “Setiap jenis panggung memiliki karakter dan tantangan tersendiri.
Sebagai seniman, kita harus mampu beradaptasi dan menghidupkan cerita dengan cara yang berbeda-beda.” Dari proscenium hingga arena, dari panggung black box hingga virtual, setiap pengalaman yang ada mengajarkan pentingnya kreativitas dan kebebasan dalam berkarya.(*)