SastraNusa – Komunitas Sendakala di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, kembali menunjukkan taringnya di dunia seni pertunjukan dengan menggelar pertunjukan bertajuk “MAHAPRALAYA”.
Pertunjukan ini akan disutradarai oleh Saipul Apet dan pimpinan produksi oleh Alvin Nur Cahyono, diperankan oleh aktor-aktor handal seperti: Muncul, Nabil, Demong, Rita, Hamid, Osim, dan penata kostum dan tari Evi Luvita Sari serta penata musik profesional oleh Krisna Nugroho Jati.
Dijadwalkan akan berlangsung pada tanggal 20 Oktober 2024, di Taman Airlangga, Desa Pataan, mulai pukul 19.00 WIB.
Sejarah Komunitas Sendakala
Komunitas Sendakala berdiri pada 31 januari tahun 2021 dengan tujuan mengembangkan potensi seni dan budaya di Kabupaten Lamongan. Di tengah perkembangan teknologi dan budaya modern yang kian mendominasi, Sendakala hadir sebagai wadah bagi seniman muda untuk mengekspresikan kreativitas mereka melalui berbagai bentuk seni, termasuk teater, tari, dan musik.
Komunitas ini telah melaksanakan berbagai pertunjukan, workshop, dan program pelatihan yang tidak hanya meningkatkan kemampuan anggota tetapi juga mengedukasi masyarakat tentang pentingnya seni dan budaya lokal.
Sejak awal berdirinya, Sendakala berkomitmen untuk menjadi jembatan antara seni tradisional dan modern. Mereka percaya bahwa seni adalah sarana untuk membangun karakter dan identitas budaya.
Dalam beberapa tahun terakhir, Sendakala telah menggelar berbagai pertunjukan yang mendapat respons positif dari masyarakat, memperkuat eksistensi mereka di dunia seni pertunjukan di Lamongan.
Konsep Pertunjukan dan Makna
MAHAPRALAYA, yang secara harfiah berarti “kekacauan besar”, mengusung tema tentang transisi dan perubahan yang tak terhindarkan dalam kehidupan.
Pada sebuah catatan penulis yang terangkum pada sejarah Ke-Indonesiaan dikatakan bahwa peristiwa hancur luluhnya Kerajaan Medang kemudian peristiwa itu dikenal dengan nama “Mahapralaya” juga menewaskan hampir tokoh-tokoh ternama Kerajaan Medang seperti Raja Dharmawangsa Teguh dan istri Airlangga muda itu sendiri.
Adapun raja Airlangga muda berhasil lolos dari tragedi maut atas bantuan dari seorang pengasuhnya Mpu Narotama. Bersama sedikit pengikutnya yang berhasil lolos dari tragedy pralaya, pada akhirnya Prabu Airlangga menjelajah daerah Jawa Timur bagian utara.
Pertunjukan ini berusaha menggambarkan dinamika kehidupan melalui interpretasi yang segar dan modern. Dalam konteks seni, MAHAPRALAYA mencerminkan pencarian identitas diri di tengah berbagai pengaruh yang datang dari luar.
Sutradara Saipul Apet menjelaskan bahwa MAHAPRALAYA adalah sebuah refleksi dari perjalanan komunitas Sendakala itu sendiri, di mana mereka telah melewati berbagai tantangan dan rintangan dalam berkarya.
Melalui pertunjukan ini, diharapkan penonton tidak hanya terhibur tetapi juga terinspirasi untuk merenungkan perjalanan hidup masing-masing.
Persiapan dan Produksi
Proses produksi MAHAPRALAYA merupakan hasil kolaborasi antara berbagai anggota komunitas, dengan Alvin Nur Cahyono sebagai pimpinan produksi yang bertanggung jawab untuk memastikan semua aspek teknis berjalan dengan baik.
Persiapan untuk pertunjukan ini melibatkan berbagai latihan intensif, pengembangan naskah, dan pengaturan panggung yang memadai. Selama beberapa bulan terakhir, anggota Sendakala telah bekerja keras untuk menghadirkan pertunjukan yang tidak hanya menarik tetapi juga berkualitas tinggi.
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi adalah bagaimana menyatukan berbagai elemen seni, mulai dari akting, tari, hingga musik, menjadi satu kesatuan yang harmonis.
Dengan kerja sama yang solid, anggota komunitas Sendakala berupaya menciptakan pengalaman pertunjukan yang memukau dan mengesankan bagi penonton.
Dampak Sosial dan Budaya
MAHAPRALAYA bukan sekadar pertunjukan seni; ia juga memiliki dampak sosial dan budaya yang signifikan bagi masyarakat Lamongan. Pertunjukan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya seni dalam kehidupan sehari-hari.
Seni adalah cermin dari budaya dan tradisi, dan dengan menghidupkan kembali nilai-nilai tersebut, Sendakala berkontribusi pada pelestarian budaya lokal.
Komunitas Sendakala juga berupaya melibatkan masyarakat dalam setiap pertunjukan yang mereka gelar. Dengan menghadirkan pertunjukan di ruang publik seperti Taman Airlangga, mereka berharap dapat menjangkau lebih banyak penonton dan mengajak masyarakat untuk aktif berpartisipasi dalam kegiatan seni.
Hal ini sejalan dengan visi mereka untuk menjadikan seni sebagai bagian integral dari kehidupan masyarakat Lamongan.
Harapan ke Depan
Dengan digelarnya MAHAPRALAYA, Komunitas Sendakala berharap dapat membuka ruang bagi seniman muda lainnya untuk menunjukkan bakat dan kreativitas mereka.
Pertunjukan ini juga diharapkan dapat menarik perhatian dari pihak-pihak lain, termasuk pemerintah dan lembaga swasta, untuk lebih mendukung perkembangan seni dan budaya di Lamongan.
Ke depan, komunitas ini berencana untuk mengadakan lebih banyak acara dan kegiatan seni yang melibatkan berbagai kalangan, termasuk pelajar dan masyarakat umum. Dengan terus berinovasi dan beradaptasi terhadap perkembangan zaman, Sendakala ingin memastikan bahwa seni dan budaya di Kabupaten Lamongan tetap hidup dan berkembang.
Kesimpulan
MAHAPRALAYA adalah representasi dari semangat kreatif dan kolaboratif yang dimiliki oleh seniman muda di Kabupaten Lamongan. Dengan latar belakang sejarah yang kaya dan visi yang jelas, Komunitas Sendakala membuktikan bahwa seni tidak hanya dapat menghibur tetapi juga memberikan makna mendalam bagi masyarakat.
Pertunjukan ini diharapkan tidak hanya menjadi sebuah acara seni, tetapi juga momen refleksi bagi penonton untuk memahami perjalanan hidup mereka dalam konteks yang lebih luas.
Keberhasilan MAHAPRALAYA akan menjadi pijakan bagi komunitas ini untuk terus berkarya dan berkontribusi terhadap perkembangan seni dan budaya di tanah kelahiran mereka.(*)