SastraNusa-Dalam lanskap seni pertunjukan di Indonesia, teater pelajar sering kali terabaikan. Namun, di Gresik, sebuah komunitas bernama Kotaseger Indonesia telah menjadi oasis kreativitas yang merespons kebutuhan akan ekspresi artistik di kalangan pelajar.
Dengan inisiatif seperti LAGISTIK (Latihan Gabungan Insan Teater Gresik), komunitas ini tidak hanya memberikan ruang bagi siswa untuk mengekspresikan diri, tetapi juga menciptakan ikatan sosial yang kuat di antara mereka.
Sejak didirikan pada tahun 2003 kurang lebih, LAGISTIK telah menjadi tonggak sejarah dalam perkembangan teater pelajar, yang dipelopori oleh sosok inspiratif seperti Gus Roin.
Sejarah dan Perkembangan LAGISTIK
Gus Roin, seorang pelopor yang berkomitmen terhadap pengembangan teater di Gresik, menginisiasi LAGISTIK sebagai sebuah wadah bagi para pelajar untuk berkumpul, belajar, dan berkolaborasi. LAGISTIK bukan sekadar kegiatan latihan rutin; ia adalah sebuah festival tahunan yang merangkum berbagai bentuk ekspresi seni, mulai dari teater, tari, hingga musik.
Konsep ini muncul sebagai respons terhadap kurangnya platform bagi pelajar untuk menampilkan karya mereka dan mengeksplorasi minat di bidang seni pertunjukan.
Sejak awal pelaksanaannya, LAGISTIK telah menghadirkan ratusan peserta dari berbagai sekolah di Kabupaten Gresik. Dengan format yang inklusif, kegiatan ini berhasil menciptakan atmosfer belajar yang mendalam, di mana para pelajar tidak hanya berlatih tetapi juga saling belajar dari pengalaman satu sama lain.
Hal ini membuktikan bahwa teater bukan hanya tentang panggung, tetapi juga tentang proses kreatif dan pembelajaran kolaboratif.
Kegiatan dan Pengaruh Emosional
LAGISTIK menggabungkan berbagai aktivitas yang melibatkan pelatihan teknis dan pengembangan karakter. Pelajar dilatih oleh para mentor berpengalaman yang membagikan ilmu dan pengalamannya di dunia teater.
Selain itu, kegiatan ini juga menghadirkan workshop dan diskusi, yang memberikan kesempatan bagi peserta untuk menggali lebih dalam tentang isu-isu sosial yang relevan, seperti identitas, keberagaman, dan perjuangan.
Kegiatan ini secara emosional mengikat peserta satu sama lain, menciptakan rasa memiliki yang kuat. Setiap tahun, saat LAGISTIK berlangsung, puluhan pelajar berkumpul dengan penuh antusiasme, menjadikan momen tersebut sebagai titik tolak untuk mengeksplorasi kreativitas dan merayakan seni.
Banyak dari mereka yang datang dari latar belakang yang berbeda, tetapi saat berada di atas panggung, mereka bersatu dalam satu visi: menyampaikan cerita yang mungkin tidak didengar di tempat lain.
Tanggung Jawab Sosial dan Kemanusiaan
Di balik setiap pertunjukan, terdapat tanggung jawab sosial yang harus diemban oleh para pelaku seni. Kotaseger Indonesia dan LAGISTIK memahami betul hal ini. Mereka berkomitmen untuk tidak hanya menciptakan hiburan, tetapi juga memicu kesadaran sosial di kalangan pelajar.
Melalui karya-karya yang dihasilkan, banyak pesan moral yang disampaikan, yang mengajak penonton untuk merenungkan isu-isu penting dalam masyarakat.
Misalnya, pada tahun 2023, LAGISTIK menghadirkan tema tentang keberagaman dan toleransi. Dalam rangkaian pertunjukan, para pelajar menampilkan karya yang menggugah kesadaran tentang pentingnya saling menghormati perbedaan.
Ini adalah upaya nyata untuk menjawab tantangan sosial yang dihadapi oleh generasi muda saat ini. Dalam konteks Indonesia yang kaya akan pluralitas, teater menjadi alat yang efektif untuk membangun jembatan antarbudaya.
Peran Gus Roin dalam Pembentukan Karakter
Gus Roin, sebagai pendiri dan mentor utama, memiliki pengaruh yang sangat besar dalam perkembangan Kotaseger dan LAGISTIK. Dengan pendekatan yang humanis, ia tidak hanya mengajarkan teknik berakting, tetapi juga membangun karakter dan jiwa dari setiap pelajar yang terlibat. Gus Roin percaya bahwa seni dapat menjadi sarana untuk mendidik, membentuk kepribadian, dan mengasah empati.
Pendidikan karakter ini sangat penting di era digital saat ini, di mana banyak pelajar terpapar pada informasi yang seringkali bersifat superficial. LAGISTIK menyediakan ruang bagi mereka untuk mendalami emosi, memahami diri sendiri, dan berinteraksi dengan orang lain secara lebih autentik. Melalui proses ini, banyak pelajar yang menemukan jati diri mereka dan mengembangkan kepercayaan diri yang tinggi.
Kesinambungan dan Harapan Masa Depan
Kini, setelah lebih dari dua dekade, LAGISTIK tetap berlanjut di bawah kepemimpinan pengurus Kotaseger yang baru. Mereka meneruskan warisan Gus Roin dengan semangat yang sama, tetapi juga berusaha untuk beradaptasi dengan perubahan zaman.
Dengan kemajuan teknologi, mereka mulai memanfaatkan platform digital untuk menjangkau audiens yang lebih luas, serta mengadopsi metode pembelajaran baru yang lebih interaktif.
Keberlanjutan ini sangat penting, terutama di tengah tantangan yang dihadapi oleh seni pertunjukan di Indonesia. Dalam konteks yang lebih luas, LAGISTIK tidak hanya menjadi acara tahunan, tetapi juga simbol harapan untuk generasi muda yang ingin mengungkapkan diri mereka melalui seni.
Komunitas teater ini menjadi lebih dari sekadar sekumpulan orang; ia adalah sebuah keluarga yang saling mendukung, menginspirasi, dan berjuang bersama untuk masa depan yang lebih cerah.
Penutup
er Indonesia dan LAGISTIK adalah contoh nyata bagaimana seni dapat menjadi agen perubahan di kalangan generasi muda. Dengan komitmen yang kuat terhadap pengembangan karakter dan kesadaran sosial, komunitas ini tidak hanya mewarnai dunia teater di Gresik, tetapi juga membentuk masa depan yang lebih baik.
Dalam setiap lakon yang dipentaskan, terdapat harapan dan impian yang terpancar bahwa teater pelajar bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga alat untuk membangun empati, kesadaran, dan koneksi antar manusia.