Jejak Arsitektur Madura Kuno, Khobung Bangunan Peribadatan

Fauzi By Fauzi
3 Min Read
Jejak Arsitektur Madura Kuno, Khobung Bangunan Peribadatan (Ilustrasi)
Jejak Arsitektur Madura Kuno, Khobung Bangunan Peribadatan (Ilustrasi)
- Advertisement -

SastraNusa – Pagi yang teduh di Sampang, Madura, membawa suasana damai di setiap sudut desa. Di tengah rumah-rumah khas Madura, sebuah bangunan kecil dengan posisi menghadap timur terlihat mencuri perhatian.

Bangunan itu disebut kobhung, sebuah tempat yang lebih dari sekadar langgar biasa.

Menurut hemat pikir SastraNusa, Kobhung adalah cerminan tradisi dan kebersamaan keluarga yang tak lekang oleh waktu.

Kobhung, Pusat Ibadah Pribadi

Kobhung bukanlah langgar umum, melainkan milik pribadi setiap keluarga.

- Advertisement -

Keberadaan kobhung sudah menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Madura, terutama di Sampang.

Diketahui di sampang Madura, stiap keluarga memiliki kobhung yang digunakan untuk sembahyang secara pribadi.

Hafid, salah satu warga Sampang, mengungkapkan bahwa keluarganya rutin melaksanakan salat di kobhung.

Tradisi ini telah berlangsung sejak lama, bahkan sejak kobhung tersebut pertama kali dibangun.

“Di Sampang, kobhung memang tempat sembahyang,” ujar Hafid singkat namun penuh makna.

- Advertisement -

Fungsi Sosial Kobhung

Tak hanya untuk ibadah, kobhung juga menjadi tempat penting dalam kehidupan sosial masyarakat.

Hafid menambahkan, bahwa kobhung di rumahnya sering digunakan untuk menerima tamu.

Tradisi ini tentu mencerminkan, betapa dekatnya hubungan kekeluargaan dan silaturahmi di masyarakat Sampang.

- Advertisement -

“Kalau ada tamu, pasti kobhung menjadi tempat utama untuk menemui mereka,” lanjut Hafid.

Tak hanya itu, Kobhung, juga menjadi simbol keterbukaan dan keramahan khas Madura.

Artinya, tamu selalu diterima dengan tangan terbuka di ruang sederhana namun penuh makna ini.

Tempat Mengawasi Anak

Kobhung juga memiliki fungsi unik lainnya, yaitu sebagai tempat memantau anak-anak saat bermain di tanian lanjheng atau halaman panjang.

Posisi kobhung yang strategis memungkinkan orang tua untuk mengawasi anak-anak mereka sambil tetap menjalankan aktivitas lain.

“Selain tempat sembahyang dan menerima tamu, kobhung juga menjadi tempat memantau anak-anak di keluarga kami, saat anak-anak itu bermain,” jelas Hafid.

Fungsi ini menunjukkan, terkait peran kObhung, yakni sebagai pusat aktivitas keluarga sekaligus penjaga keharmonisan rumah tangga.

Tradisi yang Bertahan

Keberadaan kobhung bukan sekadar bangunan fisik, melainkan warisan budaya yang terus dijaga.

Setiap keluarga di Sampang, bahkan di seluruh Madura, memiliki kobhung sebagai identitas dan pengikat tradisi.

Kebiasaan ini mencerminkan betapa masyarakat Madura sangat menghargai nilai-nilai keagamaan, sosial, dan kekeluargaan.

Kobhung menjadi bukti nyata bahwa tradisi dapat berjalan seiring dengan perubahan zaman.

Meski dunia terus berkembang, namun kobhung tetap menjadi tempat yang menjaga harmoni keluarga dan menguatkan akar budaya masyarakat Sampang.(*)

- Advertisement -
Share This Article