FOMO dan YOLO, Sebuah Tragedi Mental di Era Digital

Sholihul Huda
8 Min Read
black and white ceramic figurine
FOMO dan YOLO, Sebuah Tragedi Mental di Era Digital (Ilustrasi)
- Advertisement -

Proses ini sering kali menyebabkan stres dan kecemasan yang berkepanjangan.

Penggunaan media sosial memberikan ruang bagi individu untuk melihat momen-momen spesial yang diunggah oleh teman-teman mereka.

Ketika individu merasa bahwa mereka tidak dapat melakukan atau mengalami hal yang sama, hal ini dapat memengaruhi harga diri mereka secara negatif.

FOMO, dalam konteks ini, menjadi suatu bentuk kebutuhan untuk terus mengikuti perkembangan orang lain, menghasilkan rasa keterasingan dan kegelisahan ketika merasa tertinggal.

- Advertisement -

Selain itu, kecenderungan untuk melakukan perbandingan sosial juga dapat memperburuk kondisi mental seseorang. Ketika individu terpapar dengan representasi ideal kehidupan orang lain, mereka sering menginternalisasi standar yang tidak realistis dan merendahkan diri mereka sendiri.

Kondisi ini dapat memicu berbagai masalah psikologis, seperti depresi dan gangguan kecemasan. Dalam banyak kasus, standar yang dipromosikan melalui media sosial tersebut tidak mencerminkan kenyataan, sehingga individu berisiko mengalami gangguan emosional yang serius.

Dengan meningkatnya tekanan psikologis di era digital, penting untuk menyadari pengaruh yang ditimbulkan oleh media sosial dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Adanya kebutuhan untuk memelihara kesehatan mental yang baik menjadi semakin mendesak.

Mengadopsi pendekatan yang lebih sehat dalam menggunakan teknologi dan media sosial dapat membantu individu mengurangi dampak negatif yang dihadapi, sekaligus membangun ketahanan mental yang lebih baik.

Aspek Spiritualitas: Jalan Keluar dari FOMO dan YOLO

Tekanan sosial yang ditimbulkan oleh fenomena FOMO (Fear of Missing Out) dan YOLO (You Only Live Once) sering kali menciptakan kecemasan dan kebingungan dalam hidup seseorang.

- Advertisement -

Dalam konteks ini, aspek spiritualitas perlu diperhatikan sebagai solusi yang efektif untuk menghadapi tantangan tersebut.

Mengintegrasikan pendekatan spiritual dalam kehidupan sehari-hari dapat memberikan rasa aman, tujuan, dan makna yang lebih dalam kepada individu.

Salah satu pendekatan spiritual yang bisa diadopsi adalah meditasi. Meditasi membantu menenangkan pikiran dan menghadirkan kesadaran penuh, menjauhkan individu dari perasaan cemas akibat tekanan sosial.

- Advertisement -

Dengan rutin melakukan meditasi, individu dapat membangun ketahanan mental dan mengalokasikan perhatian mereka pada hal-hal yang benar-benar berarti dalam hidup, daripada terjebak pada apa yang orang lain lakukan.

Selain meditasi, praktik serta ajaran mindfulness juga menawarkan pendekatan yang bermanfaat. Mindfulness mengajarkan seseorang untuk fokus pada saat ini, memberikan mereka ruang untuk merasakan dan memahami emosi tanpa terikat pada konformitas sosial.

Dengan menggali lebih dalam aspek spiritual, individu dapat lebih memahami diri mereka sendiri dan menemukan apa yang sebenarnya mereka inginkan dalam hidup, terlepas dari ekspektasi yang ditetapkan oleh lingkungan sekitar.

Analisis filosofis dapat menambah pemahaman tentang bagaimana spiritualitas dapat berfungsi sebagai penyeimbang mental.

Secara sosiologis, keterikatan pada nilai-nilai spiritual sering kali mengurangi kebutuhan untuk bersaing dengan orang lain. Pendekatan ini menciptakan ruang untuk pertumbuhan pribadi dan memperkuat ikatan sosial yang positif.

Dengan mengintegrasikan spiritualitas ke dalam rutinitas harian, banyak individu yang telah menemukan ketenangan dan keseimbangan yang lebih baik, serta memahami bahwa hidup tidak hanya tentang pengalaman luar tetapi juga tentang perjalanan batin yang mendalam.

- Advertisement -
Share This Article