Festival Bulan Bahasa dan Sastra 2024, ada Apa dengan SMA Wahas?

Zuhdi Swt By Zuhdi Swt
5 Min Read
Festival Bulan Bahasa dan Sastra 2024, ada Apa dengan SMA Wahas? (Ilustrasi)
Festival Bulan Bahasa dan Sastra 2024, ada Apa dengan SMA Wahas? (Ilustrasi)
- Advertisement -

SastraNusa – Di halaman serta panggung kreasi SMA Wahid Hasyim Model Karanggeneng Lamongan, nuansa ceria menyelimuti setiap sudutnya.

Festival Bulan Bahasa dan Sastra 2024 telah dimulai, menggema dengan suara tawa dan tepuk tangan. Tema kearifan lokal, gaya hidup berkelanjutan, dan rekayasa teknologi menjadi benang merah yang mengikat berbagai pertunjukan seni yang disajikan.

Masyarakat sekolah dan siswa berkumpul untuk merayakan kreativitas dan tradisi.

Berdiri kokoh di antara gemerlapnya pertunjukan tari dan vokal solo, tampak pula keseruan dalam lomba mendongeng dan stand-up komedi. Serta di akhiri dengan pertunjukan kentrung dari Gresik Ki Afif. Namun, yang mencuri perhatian siang itu adalah pertunjukan Ludruk, seni pertunjukan yang sarat makna dan historis.

- Advertisement -

Ludruk, yang biasa dipandang sebelah mata, kini tampil dalam cahaya baru.

Pelajar SMA Wahid Hasyim, dengan semangat dan energi, menghidupkan kembali tradisi ini dengan pendekatan yang segar. Mereka tidak hanya sekadar memainkan karakter, tetapi juga menggali makna mendalam di balik setiap gerakan dan dialog.

Dalam pertunjukan ini, pesan-pesan tentang kearifan lokal disampaikan dengan gaya yang menghibur.

Kajian semiotika dari pertunjukan Ludruk tersebut menarik perhatian banyak penonton. Dengan analisis mendalam, dapat terlihat bagaimana simbol dan tanda dalam Ludruk merefleksikan nilai-nilai budaya serta konteks sosial masyarakat.

Seni pertunjukan ini bukan hanya menghibur, tetapi juga memberikan wawasan.

- Advertisement -

Ketika para pelajar menyampaikan cerita tentang kehidupan sehari-hari, mereka menyiratkan pesan bahwa kearifan lokal sangat relevan dalam era modern ini. Kekuatan narasi yang mengalir melalui dialog, serta interaksi antar karakter, memberikan kedalaman yang jarang ditemukan dalam seni pertunjukan lainnya.

SMA Wahid Hasyim tidak hanya menjadi tempat belajar, tetapi juga arena eksplorasi budaya.

Dengan tema festival yang mengangkat gaya hidup berkelanjutan, lomba-lomba yang digelar menunjukkan komitmen untuk menjaga warisan budaya sambil beradaptasi dengan perkembangan zaman. Setiap peserta memiliki kesempatan untuk mengekspresikan diri dengan cara yang unik dan inovatif.

- Advertisement -

Dalam festival ini, tari menjadi salah satu daya tarik utama.

Setiap gerakan dan irama menggambarkan harmoni antara tradisi dan modernitas. Penampilan para penari yang memukau menggugah rasa bangga akan kekayaan budaya lokal. Masyarakat pun terlibat dalam pengalaman ini, seolah-olah turut menjadi bagian dari setiap pertunjukan.

Vokal solo juga tak kalah menawan.

Suara merdu para penyanyi mengalun indah, membawa penonton larut dalam suasana. Melodi yang dipilih tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga mengandung pesan moral yang mendalam. Dalam setiap lirik, ada cerita yang bisa direnungkan dan dipahami oleh semua kalangan.

Sementara itu, stand-up komedi menambahkan bumbu humor dalam festival.

Para pelawak muda membawa segudang lelucon yang menggelitik, tetapi di balik itu tersimpan kritik sosial yang cerdas. Ini menjadi sarana untuk menggugah kesadaran masyarakat akan berbagai isu yang dihadapi, sambil tetap menghibur.

Mendongeng, sebagai seni bercerita, memberikan nuansa nostalgia.

Pelajar yang berpartisipasi dalam lomba ini menyampaikan cerita rakyat dengan penuh emosi dan kehangatan. Setiap cerita yang dibawakan membawa pesan moral, mengingatkan penonton akan nilai-nilai kehidupan yang harus dijaga.

Festival ini tidak hanya berfokus pada kompetisi, tetapi juga menciptakan ruang bagi interaksi dan kolaborasi.

Melalui berbagai lomba, siswa diajak untuk saling belajar dan menghargai karya satu sama lain. Ini membangun rasa kebersamaan dan komunitas yang kuat di antara mereka, sesuatu yang sangat penting dalam perkembangan diri.

Kegiatan ini juga menjadi ajang bagi guru dan orang tua untuk terlibat.

Mereka tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga aktif berkontribusi dalam mendukung anak-anak mereka. Dukungan ini memperkuat hubungan antara sekolah dan keluarga, menciptakan lingkungan yang lebih kondusif bagi pertumbuhan anak.

Sebagai penutup, Festival Bulan Bahasa dan Sastra 2024 di SMA Wahid Hasyim telah berhasil menyajikan berbagai seni kreatif.

Melalui setiap lomba dan pertunjukan, terbangun kesadaran akan pentingnya kearifan lokal dalam kehidupan sehari-hari.

Pertunjukan Ludruk, dengan kajian semiotika yang mendalam, mengingatkan semua orang bahwa tradisi dapat beradaptasi dan tetap relevan di tengah perubahan zaman.

Dengan semangat untuk terus berkarya dan berinovasi, SMA Wahid Hasyim menunjukkan bahwa seni dan budaya merupakan bagian integral dari identitas bangsa.

Semoga festival ini menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lain untuk menggelar acara serupa, menjaga dan merayakan kekayaan budaya Indonesia.(*)

- Advertisement -
Share This Article