SastraNusa-Sayup-sayup terdengar tabuhan rebana serta riuh sorak-sorai dari kejauhan Pada sebuah pendopo bersejarah, beberapa Seniman, budayawan, pelaku, maupun pemerhati kesenian Kentrung berkumpul. Satu persatu pengentrung melantunkan cerita dan memainkan laku malam itu di Pendopo ndalem Sunan Drajad Lamongan.
Peristiwa penting terjadi ketika sesi diskusi yang dipandu langsung oleh Kang Kerno selaku pegiat Komunitas Ginyo, malam itu saya ingin mengutip ungkapan seorang pengkaji kentrung serta penulis Djenar Khuzain;
“apa beda Kentrung dengan yang bukan Kentrung? Kentrung dengan Kent(e)rung? Lalu apa yang membuat pengertian Kentrung yang kita pahami, kukuh tak tergoyahkan? “.
“Apa sebenarnya arti penting Kentrung bagi Lamongan? Perubahan apa yang terjadi manakala kesenian ini lenyap ? Apakah Lamongan tidak merasa kehilangan? Sebagaimana ketika lenyapnya tarian Pencak Kuntulan, yang digolongkan sebagai kesenian Islami Lamongan”.
Meskipun telah ada sejak lama, kentrung menghadapi tantangan besar di era modern, terutama dengan munculnya Generasi Z yang lebih terpapar oleh budaya global.
Pertanyaan yang muncul adalah: bagaimana kentrung dapat tetap relevan bagi generasi muda saat ini? Dalam tulisan ini, kita akan menjelajahi arti penting kentrung bagi Lamongan, dampak jika kesenian ini lenyap, serta relevansinya dalam konteks Generasi Z.
Memahami Kentrung, Sebuah Warisan Budaya
Kentrung bukan hanya sekadar kesenian, tetapi juga merupakan identitas budaya bagi masyarakat Lamongan. Melalui kentrung, masyarakat dapat menceritakan sejarah, tradisi, dan nilai-nilai lokal.
Djenar Khuzain, seorang pengkaji kentrung, mengungkapkan dengan tajam, “Apa beda Kentrung dengan yang bukan Kentrung? Kentrung dengan Kent(e)rung? Lalu apa yang membuat pengertian Kentrung yang kita pahami, kukuh tak tergoyahkan?” Ungkapan ini mengajak kita untuk merenungkan esensi kentrung, serta peran vitalnya dalam mempertahankan nilai-nilai budaya yang ada.
Kentrung biasanya ditampilkan dalam bentuk pertunjukan yang melibatkan narasi, musik, dan interaksi dengan penonton. Musiknya yang khas, biasanya menggunakan alat musik sederhana seperti gitar, menjadi daya tarik tersendiri. Melalui alunan musik dan cerita, kentrung menciptakan pengalaman kolektif yang dapat menyatukan masyarakat.
Kentrung dan Identitas Lamongan
Bagi masyarakat Lamongan, kentrung merupakan jembatan yang menghubungkan generasi-generasi sebelumnya dengan generasi saat ini.
Ketika kentrung dipertunjukkan, penonton tidak hanya menikmati hiburan, tetapi juga diingatkan akan nilai-nilai dan tradisi yang telah diwariskan. Menghilangnya kentrung akan mengakibatkan kehilangan identitas budaya yang sudah ada selama berabad-abad.
Sebagai contoh, hilangnya tarian Pencak Kuntulan, yang juga merupakan kesenian Islami Lamongan, menunjukkan dampak besar jika kesenian tradisional tidak lagi dilestarikan.
Ketika tarian ini lenyap, masyarakat merasa kehilangan bukan hanya dalam hal hiburan, tetapi juga dalam penghayatan spiritual dan identitas kolektif. Tanpa kesenian ini, nilai-nilai yang terkandung dalam budaya lokal akan semakin tereduksi.
Dampak Hilangnya Kentrung
Menghilangnya kentrung akan membawa dampak yang signifikan bagi masyarakat Lamongan. Pertama, akan terjadi kehilangan ruang ekspresi budaya. Kentrung bukan hanya sarana hiburan, tetapi juga medium untuk menyampaikan pesan moral, kritik sosial, dan cerita sejarah.
Tanpa kentrung, cara masyarakat untuk mendiskusikan isu-isu penting akan berkurang, dan kehilangan suara dalam mengangkat isu-isu lokal.
Kedua, hilangnya kentrung dapat mempengaruhi pendidikan budaya. Generasi muda yang tidak terpapar pada kentrung mungkin kehilangan pemahaman akan tradisi dan nilai-nilai lokal.
Sebuah studi menunjukkan bahwa pendidikan budaya yang kuat dapat membentuk karakter dan identitas seseorang, sehingga ketradisionalan seperti kentrung sangat penting dalam konteks ini.
Kentrung di Era Generasi Z
Generasi Z, yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, tumbuh di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan informasi. Mereka cenderung lebih terbuka terhadap berbagai budaya global, sehingga tantangan bagi kentrung adalah bagaimana kesenian ini dapat menarik perhatian generasi muda yang lebih menyukai konten digital dan cepat.
Namun, ada peluang besar bagi kentrung untuk beradaptasi. Kesenian ini dapat dipadukan dengan teknologi modern, seperti pembuatan video atau pertunjukan virtual yang dapat diakses melalui media sosial.
Dengan memanfaatkan platform-platform digital, kentrung bisa menjangkau audiens yang lebih luas, termasuk Generasi Z yang sangat akrab dengan media sosial.
Beberapa komunitas di Lamongan telah mulai bereksperimen dengan menggabungkan kentrung dengan elemen-elemen modern. Misalnya, menambahkan elemen hip-hop atau pop dalam pertunjukan kentrung, yang dapat menarik perhatian generasi muda.
Upaya semacam ini menunjukkan bahwa kentrung dapat bertransformasi dan tetap relevan tanpa kehilangan esensi aslinya.
Menjembatani Jarak Waktu dan Budaya
Relevansi kentrung dalam konteks Generasi Z bukan hanya terletak pada inovasi, tetapi juga pada upaya menjembatani jarak waktu dan budaya. Kentrung dapat berfungsi sebagai medium untuk mendidik generasi muda tentang sejarah dan nilai-nilai lokal, sekaligus memberi mereka kesempatan untuk berinteraksi dengan budaya mereka sendiri.
Penting bagi para penggiat kentrung untuk menyusun program-program yang melibatkan generasi muda, seperti lokakarya atau pelatihan. Dengan melibatkan mereka dalam proses penciptaan dan pertunjukan, generasi muda tidak hanya akan merasa memiliki bagian dalam tradisi ini, tetapi juga akan lebih menghargai warisan budaya mereka.
Kesimpulan
Kentrung bukan hanya sebuah kesenian, tetapi merupakan bagian integral dari identitas budaya Lamongan. Dalam menghadapi tantangan zaman, penting bagi masyarakat untuk melestarikan kentrung, bukan hanya sebagai hiburan, tetapi sebagai medium pendidikan dan komunikasi.
Jika kentrung lenyap, Lamongan tidak hanya kehilangan sebuah kesenian, tetapi juga kehilangan bagian dari jiwanya.
Melalui adaptasi dan inovasi, kentrung memiliki potensi untuk tetap relevan bagi Generasi Z.
Dengan menjembatani jarak waktu dan budaya, kentrung dapat terus berfungsi sebagai jembatan antara masa lalu dan masa depan, serta antara generasi yang berbeda.
Ketradisionalan dan modernitas dapat berjalan beriringan, menjadikan kentrung sebuah simbol kekayaan budaya yang tak lekang oleh waktu.