Digeser Gaya dan Kaya, Tujuan Hidup Manusia Semakin Jauh dari Beradab

Fauzi By Fauzi 8 Min Read
8 Min Read
woman in blue denim jacket standing near body of water during daytime
Digeser Gaya dan Kaya, Tujuan Hidup Manusia Semakin Jauh dari Beradab (Ilustrasi)
- Advertisement -

SastraNusa – Pendidikan tinggi sering dianggap sebagai sarana untuk mencapai kesuksesan dan kesejahteraan, namun di balik pencapaian akademis tersebut, terdapat isu yang sering kali terabaikan, yaitu kesopanan dan nilai-nilai etika.

Lalu bagaimana dengan lulusan perguruan tinggi yang seharusnya menjadi teladan dalam masyarakat, justru menampilkan perilaku yang kurang beradab dalam interaksi sosial.

Hal ini menimbulkan sejumlah pertanyaan mengenai karakter dan integritas individu yang sudah mengenyam pendidikan tinggi.

Ketika seseorang menempuh pendidikan, seharusnya mereka tidak hanya belajar tentang ilmu pengetahuan dan keterampilan teknis, tetapi juga seharusnya mengembangkan nilai-nilai moral yang menjadi roh dari pendidikan berkarakter.

- Advertisement -

Maka itu, sebuah sistem pendidikan yang baik harus mampu mengintegrasikan nilai-nilai kesopanan ke dalam kurikulumnya, menjadikan etika dan moral sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pencapaian akademis.

Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki budi pekerti yang luhur.

Di tengah masyarakat yang semakin materialistis, penting untuk menekankan pada pendidikan yang tidak hanya fokus pada prestasi akademis, tetapi juga pada pembentukan perilaku sosial yang baik.

Kesopanan, sebagai salah satu nilai fundamental telah memainkan peran penting dalam interaksi sosial yang seimbang dan harmonis.

Lulusan pendidikan tinggi seharusnya bisa memberikan kontribusi positif kepada masyarakat, namun hal ini enggan tercapai tanpa pengembangan karakter yang sejalan dengan pengetahuan yang mereka peroleh.

- Advertisement -

Oleh karena itu, penting bagi institusi pendidikan untuk mereformasi kurikulum mereka dengan menambahkan komponen pendidikan moral dan etika.

Melalui pendekatan yang menyeluruh, lulusan tak hanya akan menjadi individu yang berkualitas dari segi akademis, tetapi juga mampu menunjukkan sikap dan perilaku yang mencerminkan kesopanan dalam kehidupan sehari-hari.

Integrasi nilai-nilai ini sangat penting untuk menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berkarakter.

- Advertisement -

Materialisme dan Tujuan Hidup Modern

Di era modern ini, fenomena materialisme telah menjadi dominasi utama dalam tujuan hidup banyak individu. Materialisme, yang secara umum diartikan sebagai fokus pada akumulasi kekayaan dan barang-barang fisik, telah menggeser nilai-nilai spiritual dan sosial dalam kehidupan sehari-hari.

Artinya, banyak orang mengejar kekayaan sebagai tolok ukur kesuksesan, kemudian menganggap bahwa semakin banyak yang dimiliki maka semakin tinggi pula status sosial mereka.

Hal ini sering kali mengarah pada pengabaian terhadap nilai-nilai moral dan etika yang seharusnya menjadi dasar hubungan antarmanusia.

Ditambah lagi pengaruh dari media sosial dan budaya populer, justru memperkuat kecenderungan gaya hidup glamor dan hedonisme yang sering kali ditampilkan sebagai ideal.

Melalui platform-platform tersebut, masyarakat tersugesti untuk percaya bahwa pencapaian material adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan pengakuan dan kebahagiaan.

Akibatnya, banyak individu menghabiskan waktu dan energi mereka untuk mengejar harta benda, sementara nilai-nilai seperti kejujuran, empati, dan kerja sama sering kali terabaikan.

Faktor-faktor lingkungan, juga berperan dalam pergeseran tujuan hidup ini.

Pendidikan yang terlalu memprioritaskan pencapaian akademis dan karier sering kali menjadikan siswa lebih terfokus pada hasil material, seperti gelar dan posisi pekerjaan yang bergengsi, daripada pengembangan karakter dan nilai-nilai sosial.

Sementara itu, tingkat konsumsi yang tinggi dan tekanan dari masyarakat untuk memenuhi standar tertentu semakin mendorong individu untuk berlomba-lomba mencapai pencapaian materi.

Dampak dari fenomena ini cukup signifikan, baik bagi individu maupun masyarakat secara keseluruhan. Banyak orang yang bekerja tanpa henti demi mencapai tujuan material bisa merasa kosong dan kehilangan makna hidup.

Masyarakat pun berpotensi terpecah, karena ikatan sosial yang kuat sering kali diabaikan demi kepentingan pribadi.

Dalam konteks ini, penting bagi kita untuk merefleksikan kembali tujuan hidup yang lebih holistik, yang tidak hanya terfokus pada materialisme, tetapi juga pada nilai-nilai kemanusiaan yang membawa kebahagiaan sejati.

Merenung untuk Menemukan Tujuan Asli Kehidupan yang Berarti

Dalam dunia yang semakin terfokus pada kesuksesan material, sering kali individu lupa untuk merenungkan tujuan yang lebih dalam dalam hidup mereka.

Proses refleksi diri adalah langkah penting untuk mengevaluasi nilai-nilai dan aspirasi kita, serta untuk mengidentifikasi apa yang benar-benar dapat memberikan makna dalam kehidupan.

Merenung tidak hanya tentang mengingat kembali pengalaman masa lalu, tetapi juga tentang memikirkan kembali pilihan dan tindakan kita dalam konteks yang lebih besar.

Salah satu cara untuk melakukan refleksi diri yang efektif adalah dengan menetapkan waktu khusus untuk merenung tanpa gangguan.

Dalam kesibukan sehari-hari, penting untuk menciptakan ruang yang tenang di mana seseorang dapat fokus pada pikiran dan perasaan mereka. Ini bisa dilakukan melalui meditasi, jurnal, atau sekadar dengan menghabiskan waktu di alam.

Kegiatan seperti ini dapat merangsang pemikiran yang mendalam tentang apa yang diinginkan dalam hidup, serta menyoroti area yang mungkin telah diabaikan, termasuk aspek spiritual dan emosional.

Selain itu, pertanyaan-pertanyaan reflektif juga dapat membantu individu menyusun pemahaman yang lebih jelas mengenai tujuan asli mereka.

Pertanyaan seperti “Apa yang benar-benar membuat saya bahagia?” atau “Apa kontribusi yang ingin saya berikan kepada masyarakat?” dapat membuka perspektif baru dan mengajarkan berbagai cara untuk menyeimbangkan keinginan material dan kebutuhan spiritual.

Proses ini sering kali dapat mengarahkan individu untuk tidak hanya mengejar kesuksesan finansial, tetapi juga untuk menemukan kepuasan dalam memberikan kembali kepada orang lain.

Dengan melakukan refleksi yang konsisten dan jujur, seseorang dapat menemukan kembali makna hidupnya.

Hal ini tidak hanya memberikan arah yang lebih jelas, tetapi juga menolong mereka dalam mencapai tujuan yang lebih bermakna dan seimbang dalam hidup.

Merenung adalah alat yang berharga dalam perjalanan menemukan tujuan asli di tengah dunia yang selalu berubah ini.

Mengembalikan Kesopanan sebagai Nilai Utama

Kesopanan dan etika dalam interaksi sosial semakin terabaikan dalam masyarakat modern yang kian materialistis. Oleh karena itu, penting untuk mengambil langkah-langkah praktis guna mengembalikan kesopanan sebagai nilai utama di kalangan individu, terutama di antara mereka yang terdidik.

Salah satu langkah awal yang dapat dilakukan adalah menanamkan nilai-nilai kesopanan dalam keluarga. Orang tua memiliki peran fundamental dalam mendidik anak-anak supaya mereka menghargai norma-norma sosial dan memperlakukan orang lain dengan hormat.

Hal ini dapat dilakukan melalui keteladanan, di mana orang tua menunjukkan perilaku sopan dalam tindakan sehari-hari.

Di lingkungan sekolah, pendidikan karakter yang mengedepankan kesopanan juga perlu diintegrasikan ke dalam kurikulum.

Guru dapat berperan aktif dalam menciptakan atmosfer yang mendorong siswa untuk saling menghormati dan berinteraksi secara sopan.

Diskusi tentang nilai-nilai kesopanan dalam pembelajaran dapat membantu siswa memahami pentingnya etika dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan.

Selain itu, kegiatan sosialisasi seperti debat atau diskusi kelompok dapat digunakan sebagai sarana untuk melatih keterampilan berargumentasi dengan sopan.

Komunitas juga memiliki tanggung jawab untuk mendukung pemulihan kesopanan. Berbagai program atau acara yang bertujuan meningkatkan kesadaran tentang nilai-nilai etika dapat diselenggarakan.

Misalnya, seminar atau workshop yang membahas tentang pentingnya kesopanan dalam kehidupan sehari-hari dapat menjadi medium untuk berbagi pengalaman serta pandangan.

Di samping itu, upaya kolaboratif antara individu, sekolah, dan masyarakat juga diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi praktik kesopanan.

Secara keseluruhan, mengembalikan kesopanan sebagai nilai utama memerlukan komitmen bersama dari setiap lapisan masyarakat.

Dengan menanamkan dan menerapkan nilai kesopanan dalam kehidupan sehari-hari, diharapkan interaksi sosial dapat menjadi lebih harmonis dan bermanfaat bagi semua pihak.(*)

- Advertisement -
Share This Article