Digempur Budaya Modern, Le’ Melle’ Sampang Eksis Dipertahankan

Fauzi By Fauzi
4 Min Read
Digempur Budaya Modern, Le' Melle' Sampang Eksis Dipertahankan (Ilustrasi)
Digempur Budaya Modern, Le' Melle' Sampang Eksis Dipertahankan (Ilustrasi)
- Advertisement -

SastraNusa – Madura tak hanya dikenal dengan karapan sapi atau sate khasnya. Di sebuah sudut kehidupan masyarakat Sampang, tersimpan tradisi unik yang masih bertahan hingga kini.

Apa itu? Masyarakat setempat menyebut budaya tersebut dengan nama Le’ Melle’.

Le’ Melle’ adalah ritual begadang yang dilangsungkan semalaman di rumah mempelai jelang hari pernikahan.

Diketahui tradisi ini tak sekadar menjadi ajang kumpul, tetapi juga memupuk keakraban antarwarga.

- Advertisement -

Malam Le’ Melle’ biasanya dihadiri oleh keluarga besar, tetangga, hingga teman-teman mempelai. Suasananya hangat, penuh canda, tetapi juga khidmat.

Meski tradisi ini sudah berlangsung sejak zaman dahulu, esensi kebersamaan dalam Le’ Melle’ tetap terjaga di tengah modernisasi.

Tradisi yang Didominasi Kaum Pria

Satu hal menarik dari Le’ Melle’ adalah dominasi kaum pria sebagai pelakunya. Sejak setelah shalat Isyak hingga menjelang pagi, para pria berkumpul di halaman atau teras rumah mempelai.

Mereka datang bukan hanya sebagai tamu, tetapi sebagai simbol dukungan sosial bagi tuan rumah.

Yang menjadikan malam ini berwarna adalah ragam aktivitas yang dilakukan.

- Advertisement -

Ada yang sibuk memasang papan tulisan ucapan selamat seperti “Semoga Bahagia” atau “Selamat Menempuh Hidup Baru”.

Beberapa lainnya memilih bermain domino atau gaplek, meski tanpa unsur perjudian.

Sebagian lagi sekadar berbincang hangat, membahas segala hal mulai dari kabar terbaru hingga cerita-cerita lama yang membangkitkan nostalgia.

- Advertisement -

Kehangatan Suguhan Sederhana

Le’ Melle’ bukan sekadar berkumpul tanpa makna. Tradisi ini juga menjadi momen berbagi sederhana antara tuan rumah dengan para tamu.

Suguhan yang tersedia pun khas, berupa kacang rebus, kopi hitam, dan air putih. Meski terlihat sederhana, sajian ini menjadi simbol keramahan dan keterbukaan sang tuan rumah.

Saat waktu bergeser menuju tengah malam, sekitar pukul 23.00, suasana menjadi lebih istimewa.

Tuan rumah, atau dalam istilah lokal disebut sohibul hajat, mengeluarkan nasi dengan lauk khas Madura, yakni bebek sungkem.

Hidangan ini bukan sekadar makanan biasa. Sementara bebek sungkem, dipercaya sebagai lambang rasa syukur dan penghormatan kepada para tamu yang telah meluangkan waktu semalaman.

Peran Penting Semua Kalangan

Le’ Melle’ tak hanya menjadi ajang anak muda. Tradisi ini juga melibatkan berbagai kelompok masyarakat, mulai dari perangkat desa, sesepuh, hingga tokoh agama.

Kehadiran tokoh-tokoh seperti Kiyai atau yang diwakili Lora (dalam bahasa Jawa dikenal sebagai Gus) menambah nuansa khidmat malam itu.

Meskipun tak ada ritual khusus yang harus dilakukan, kehadiran figur-figur ini menjadikan Le’ Melle’ terasa lebih sakral.

Suasana sederhana, suguhan yang biasa saja, dan aktivitas tanpa kemewahan justru menghadirkan nuansa kedekatan yang sulit tergantikan.

Makna Kebersamaan dalam Le’ Melle’

Di balik kesederhanaannya, Le’ Melle’ adalah cerminan nilai-nilai luhur masyarakat Madura.

Tradisi ini menunjukkan, kebersamaan dan dukungan sosial yang menjadi pilar penting dalam setiap fase kehidupan, termasuk pernikahan.

Tak ada undangan formal, tak perlu tata cara yang rumit. Cukup hadir dengan niat baik, berbagi cerita, dan menikmati malam bersama.

Dalam setiap tegukan kopi dan setiap canda yang terdengar, terkandung pesan kuat tentang pentingnya saling mendukung dan menjaga silaturahmi.

Le’ Melle’ bukan sekadar begadang. Tradisi ini adalah bentuk penghormatan kepada institusi pernikahan sekaligus ajang mengeratkan kembali hubungan sosial yang mungkin renggang karena kesibukan sehari-hari.

Di tengah derasnya arus modernisasi, Le’ Melle’ tetap bertahan sebagai tradisi yang unik dan penuh makna.

Sampang, dengan segala keragaman budayanya, mengajarkan bahwa tradisi lokal seperti ini adalah warisan yang harus dijaga.

Melalui Le’ Melle’, masyarakat Madura menunjukkan bahwa kebahagiaan sejati tak hanya hadir dalam pesta meriah atau kemewahan, tetapi juga dalam momen sederhana yang sarat kehangatan dan kebersamaan.

Tradisi ini, bagaimanapun juga, adalah sebuah pengingat bahwa di balik setiap perayaan, selalu ada makna mendalam yang bisa direnungkan.(*)

- Advertisement -
Share This Article