Bayi Dikelilingkan untuk Dicuil, ini tradisi Unik Madura Loh!

Fauzi By Fauzi
4 Min Read
baby, newborn, asleep
Bayi Dikelilingkan untuk Dicuil, ini tradisi Unik Madura Loh! (Ilustrasi)
- Advertisement -

SastraNusa – Di Kampung Lembung, Dusun Nangger, Desa Plakaran, Kecamatan Jrengik, Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, terpelihara sebuah tradisi istimewa bernama Nimmong.

Di desa ini, tradisi Nimmong bukan sekadar ritual, tetapi merupakan simbol rasa syukur dan harapan yang dalam.

Di usia 40 hari, seorang bayi menjadi pusat perhatian dalam acara yang berakar dari generasi ke generasi ini.

Lantunan syahdu Syarafal Anam mengiringi si kecil yang dibawa berkeliling, mengelilingi orang-orang terdekatnya.

- Advertisement -

Kehadiran mereka, bersama lantunan doa dan dzikir, menjadikan Nimmong sebagai momen sakral yang memperkuat ikatan batin antara keluarga, warga, dan Sang Khalik.

Momen ini bukan hanya untuk merayakan kelahiran, melainkan juga harapan akan masa depan yang penuh berkah.

Persiapan untuk Sang Bayi

Sebelum prosesi dimulai, keluarga terlebih dahulu merias bayi dengan penuh kasih.

Sang bayi kemudian diletakkan di atas nampan atau alat pengangkut kopi. Di sampingnya, terdapat bedak khusus yang akan digunakan dalam prosesi ini.

Setiap tamu yang hadir mencuil sedikit bedak dan mengoleskannya di wajah atau tubuh bayi sebagai lambang doa dan restu untuk masa depannya.

- Advertisement -

Prosesi ini tidak dilakukan sembarangan. Bagi warga Kampung Lembung, Nimmong memiliki makna khusus dalam menanamkan kebahagiaan dan harapan bagi sang anak.

Setiap sapuan bedak menjadi simbol bahwa warga desa turut mendoakan keselamatan, kesehatan, serta kebahagiaan bagi si kecil.

Nimmong, Wujud Syukur Keluarga

Lebih dari sekadar tradisi, Nimmong mencerminkan rasa syukur keluarga atas karunia Sang Maha Pencipta.

- Advertisement -

Melalui Nimmong, keluarga memohon doa kepada Allah SWT agar sang anak tumbuh menjadi pribadi yang sholeh dan berbakti.

Dalam budaya Madura, anak merupakan amanah yang dijaga dengan nilai-nilai luhur, sehingga kehadiran mereka dipenuhi dengan doa dan harapan dari orang-orang di sekelilingnya.

Bagi keluarga yang merayakan Nimmong, acara ini juga menjadi ajang berbagi kebahagiaan kepada para tetangga dan kerabat yang datang.

Mereka ingin memperlihatkan rasa syukur atas anugerah yang telah diberikan, sekaligus meminta dukungan doa dari para tetua dan kerabat.

Ini adalah upaya sederhana namun penuh makna untuk membangun lingkungan yang penuh kebaikan bagi sang bayi.

Suguhan Sederhana

Setelah prosesi bedak selesai, bayi diletakkan di tengah-tengah lingkaran warga.

Kemudian, seorang kyai memimpin doa dengan harapan agar si kecil diberi keselamatan, kesehatan, serta keberkahan sepanjang hidupnya.

Doa tersebut menjadi puncak dari rangkaian acara, yang juga berfungsi sebagai pernyataan simbolis bahwa masa depan sang anak diamanatkan kepada Tuhan.

Setelah doa rampung, bayi dibawa masuk ke dalam rumah, sementara para tamu dipersilakan menikmati suguhan berupa nasi, buah-buahan, dan bingkisan yang disiapkan khusus oleh keluarga.

Momen makan bersama ini menjadi simbol persatuan dan persahabatan yang erat di antara masyarakat Kampung Lembung.

Tradisi Nimmong merupakan warisan yang penuh kehangatan, doa, dan rasa syukur.

Bagi masyarakat Madura, Nimmong bukan sekadar perayaan, tetapi juga cara untuk menanamkan nilai-nilai luhur dalam kehidupan sehari-hari.

Melalui tradisi ini, setiap bayi di Kampung Lembung disambut dengan doa yang membentang sebagai bekal perjalanan hidupnya, membawa harapan bagi kelangsungan budaya yang terus terjaga.(*)

- Advertisement -
Share This Article