SastraNusa-Langgar Soco, sebuah tempat beribadah dan pusat pendidikan Islam, telah menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Desa Sumurber, Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik.
Didirikan pada tahun 1921, langgar ini bukan hanya sekadar tempat untuk melaksanakan sholat dan mengaji, tetapi juga menjadi simbol penyebaran agama Islam yang kaya dengan tradisi dan budaya lokal.
Sejarah Langgar Soco
Sejak awal berdirinya, Langgar Soco memiliki tujuan mulia dalam membangun masyarakat yang berakhlak mulia dan memahami ajaran Islam secara mendalam. Di bawah asuhan Mbah Yai Sartais, yang lebih akrab dipanggil Mbah H. Rois, langgar ini berperan sebagai tempat pengajian Al-Qur’an dan pengembangan seni tradisional.
Mbah H. Rois, seorang tokoh yang dihormati, tidak hanya mengajarkan ilmu agama tetapi juga mendorong santri untuk terlibat dalam seni, terutama pencak kuntulan sebuah seni bela diri yang juga mengandung unsur kesenian.
Aktivitas Sejak Tahun 1970
Sejak tahun 1970, Langgar Soco mulai aktif dalam mengadakan pengajian Al-Qur’an dan latihan pencak kuntulan. Aktivitas ini menjadi daya tarik bagi para santri dan masyarakat sekitar.
Kegiatan mengaji tidak hanya berfokus pada pembelajaran teks, tetapi juga pada pemahaman makna dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pendekatan yang kontekstual, Mbah H. Rois mampu membuat pengajian terasa relevan dan menarik bagi generasi muda.
Selain itu, pencak kuntulan yang diajarkan di Langgar Soco memiliki nilai lebih sebagai bentuk ekspresi budaya lokal. Seni bela diri ini, yang diiringi musik dan tari, tidak hanya melatih fisik tetapi juga memperkuat ikatan sosial di antara para santri.
Hal ini menunjukkan bahwa Langgar Soco tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat budaya yang menghubungkan generasi dengan warisan nenek moyang mereka.
Pelestarian Tradisi
Kini, setelah lebih dari satu abad berdiri, Langgar Soco tetap mempertahankan aktivitas keagamaan dan kesenian yang telah menjadi ciri khasnya. Dalam suasana yang damai, jamaah datang untuk beribadah dan belajar, sementara santri melatih pencak kuntulan di halaman langgar.
Tradisi jidoran, sebuah bentuk seni pertunjukan, juga menjadi salah satu acara rutin yang menarik perhatian masyarakat. Jidoran, yang menggabungkan elemen tari dan musik, telah menjadi wahana untuk mengekspresikan rasa syukur dan kebahagiaan.
Melalui kegiatan ini, Langgar Soco berperan sebagai penghubung antara generasi tua dan muda. Mbah H. Rois dan para pengasuh lainnya berupaya untuk menanamkan nilai-nilai agama serta pentingnya pelestarian budaya di kalangan santri. Dengan demikian, anak-anak muda tidak hanya mengenal agama mereka tetapi juga menghargai tradisi yang telah diwariskan.
Dampak Sosial dan Ekonomi
Peran Langgar Soco tidak hanya terbatas pada bidang agama dan seni, tetapi juga memberikan dampak sosial dan ekonomi bagi masyarakat sekitar. Aktivitas yang berlangsung di langgar sering kali menarik perhatian orang-orang dari luar desa, sehingga berdampak pada peningkatan kunjungan dan perekonomian lokal.
Acara-acara yang diadakan, seperti pertunjukan jidoran atau festival seni, menjadi daya tarik wisata yang memperkenalkan budaya lokal kepada khalayak yang lebih luas.
Selain itu, keberadaan langgar sebagai pusat pendidikan juga membantu meningkatkan pengetahuan agama di kalangan masyarakat. Dengan adanya program pengajian yang terstruktur, masyarakat memiliki akses lebih baik terhadap pendidikan agama, yang sangat penting dalam membentuk karakter dan moral mereka.
Tantangan ke Depan
Meskipun Langgar Soco memiliki sejarah yang kaya dan pengaruh yang signifikan, tantangan tetap ada. Generasi muda saat ini menghadapi godaan modernisasi dan teknologi yang dapat mengalihkan perhatian dari nilai-nilai tradisional.
Oleh karena itu, penting bagi Langgar Soco untuk terus beradaptasi dan menemukan cara-cara baru untuk menarik minat generasi muda tanpa mengabaikan akar tradisi.
Pendidikan yang diberikan di Langgar Soco harus terus diperbarui agar tetap relevan dengan perkembangan zaman. Kolaborasi dengan lembaga pendidikan formal dan pengenalan teknologi dalam pembelajaran dapat menjadi langkah strategis untuk menjaga minat generasi muda terhadap agama dan budaya.
Kesimpulan
Langgar Soco adalah lebih dari sekadar tempat beribadah; ia merupakan simbol ketahanan dan kekayaan budaya masyarakat Panceng. Dengan dedikasi Mbah H. Rois dan pengasuh lainnya, langgar ini telah berhasil menjaga tradisi agama dan seni selama lebih dari seratus tahun.
Dalam menghadapi tantangan ke depan, Langgar Soco diharapkan tetap menjadi sumber inspirasi dan pengetahuan bagi generasi mendatang, serta sebagai tempat di mana tradisi dan modernitas dapat bersinergi untuk menciptakan masyarakat yang seimbang dan harmonis.