SastraNusa – Suatu kisah dari Pulau Garam, Madura, membawa pelajaran berharga bagi siapa pun yang mendengarnya. Cerita rakyat Jokotole yang ditulis oleh Dwi Laily Sukmawati bukan sekadar kisah biasa, melainkan sebuah cerminan kehidupan dengan nilai-nilai luhur yang mengakar kuat dalam budaya masyarakat Madura.
Seperti peribahasa lama, “Hidup di tengah masyarakat berarti belajar saling menghormati”.
Sementara kisah Jokotole memperlihatkan bagaimana nilai-nilai kebajikan seperti gotong-royong, tolong-menolong, simpati, empati, hingga penghormatan kepada orang lain menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam alur ceritanya, nilai tolong-menolong mendapat porsi yang cukup besar, yakni mencapai 35,5% dari keseluruhan narasi.
Angka ini menunjukkan betapa eratnya budaya membantu sesama dalam masyarakat Madura.
Baik kepada yang lebih tua, sebaya, maupun yang lebih muda, kebajikan ini menjadi landasan dalam membangun hubungan yang harmonis.
Nilai Kebajikan yang Tertanam
Cerita rakyat Jokotole menawarkan begitu banyak nilai yang relevan dengan kehidupan bermasyarakat. Beberapa nilai utama yang terkandung di dalamnya antara lain:
1. Gotong-Royong dan Tolong-Menolong
Dalam setiap episode cerita, masyarakat Madura digambarkan sebagai kelompok yang sangat peduli satu sama lain.
Misalnya, saat menghadapi tantangan bersama, gotong-royong menjadi solusi utama, menunjukkan bagaimana kolaborasi dapat mengatasi berbagai masalah.
2. Simpati dan Empati
Sikap peduli terhadap sesama, baik dalam suka maupun duka, menjadi warna tersendiri dalam cerita ini.
Misalnya, karakter-karakter dalam cerita saling berbagi perhatian dan dukungan emosional, mencerminkan rasa empati yang mendalam.
3. Menghormati dan Menghargai
Hubungan antara generasi tua dan muda dalam cerita ini, menunjukkan pentingnya sikap saling menghormati.
Tentu hal ini sebuah pelajaran tentang bagaimana tata krama dijunjung tinggi, baik dalam interaksi keluarga maupun masyarakat.
Relevansi dengan Kehidupan Modern
Cerita rakyat Jokotole bukan hanya sekadar hiburan tradisional, tetapi juga mengandung pelajaran yang relevan dengan kehidupan modern.
Dalam konteks pendidikan, nilai-nilai yang terkandung dalam cerita ini dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran tentang hak dan kewajiban, terutama dalam kerangka keluarga dan masyarakat.
Sebagai alternatif pembelajaran kewajiban dan hak, kisah ini mengajarkan generasi muda tentang pentingnya menjalankan peran masing-masing dengan penuh tanggung jawab.
Nilai kebajikan seperti menghormati orang tua, membantu tetangga, dan bekerja sama dalam komunitas menjadi landasan utama dalam menciptakan masyarakat yang lebih baik.
Pelajaran untuk Masa Kini
Dalam dunia yang serba cepat dan individualis, pelajaran dari Jokotole menjadi pengingat tentang pentingnya menjaga hubungan antarmanusia.
Nilai-nilai seperti gotong-royong, empati, dan penghormatan dapat menjadi panduan untuk menciptakan kehidupan yang lebih harmonis.
Dwi Laily Sukmawati, melalui cerita ini, berhasil menyampaikan pesan moral yang kuat: “Menjadi manusia berarti saling membantu, menghormati, dan menjaga keseimbangan dalam kehidupan bersama.”
Dengan menjadikan Jokotole sebagai referensi, masyarakat Madura memiliki teladan yang tidak hanya mengajarkan kebajikan tetapi juga memperkuat identitas budaya mereka.
Cerita rakyat ini adalah harta berharga yang layak diapresiasi, tidak hanya oleh masyarakat Madura tetapi oleh siapa saja yang ingin belajar tentang kehidupan yang penuh makna.(*)