Evolusi Permainan Tanah Lapang ke Layar Sentuh, 10 Permainan Tradisional yang Menginspirasi Game Online

Tholha Aziz
5 Min Read
Evolusi Permainan Tanah Lapang ke Layar Sentuh, 10 Permainan Tradisional yang Menginspirasi Game Online (Ilustrasi)
Evolusi Permainan Tanah Lapang ke Layar Sentuh, 10 Permainan Tradisional yang Menginspirasi Game Online (Ilustrasi)
- Advertisement -

SastraNusaDulu, anak-anak berlarian di tanah lapang, kini jari-jemari mereka menari di layar kaca. Dari teriakan kemenangan hingga efek suara digital, perubahan ini tak sekadar transformasi teknologi, melainkan juga kisah evolusi budaya bermain.

1. Petak Umpet ke Hide and Seek Online

Dulu, petak umpet dimainkan dengan anak-anak mencari tempat persembunyian di balik pohon atau tembok.

Kini, konsep tersebut hadir dalam game “Hide Online” dan “Among Us.” Pemain bersembunyi dalam bentuk karakter atau objek, menguji kemampuan bersembunyi dan menemukan lawan.

Sensasi tegang saat hampir ketahuan tetap sama, hanya medianya yang berbeda.

- Advertisement -

2. Gundu (Kelereng) Menjadi Game Puzzle Fisika

Siapa sangka permainan kelereng yang dahulu dimainkan di lapangan tanah bisa menjadi inspirasi game puzzle berbasis fisika?

Konsep benturan, sudut pantulan, dan strategi bertahan diadopsi ke dalam game seperti “Angry Birds” dan “Cut the Rope.”

Perhitungan sudut yang dulu dilakukan manual, kini otomatis diterjemahkan ke dalam algoritma.

3. Congklak ke Game Strategi Mobile

Congklak adalah permainan strategi yang membutuhkan perhitungan matang.

Konsep ini mirip dengan mekanisme permainan strategi berbasis giliran (turn-based strategy) seperti “Clash of Clans” dan “Auto Chess.”

- Advertisement -

Pemain harus memikirkan langkah ke depan, memperhitungkan sumber daya, dan mengatur strategi.

Bedanya, congklak menggunakan biji kerang, sementara game online menggunakan visual 3D yang memukau.

4. Bentengan Berubah Menjadi Game Battle Royale

Permainan bentengan mengajarkan kecepatan, kerja tim, dan strategi penyerangan.

- Advertisement -

Konsep ini tercermin dalam game battle royale seperti “Free Fire” dan “PUBG Mobile.”

Pemain bertarung untuk bertahan sebagai yang terakhir di arena, mirip dengan cara tim bertarung untuk merebut benteng.

Pemain harus pintar memilih posisi, membaca strategi lawan, dan berlari di waktu yang tepat.

5. Lompat Tali Jadi Game Platformer

Lompat tali melatih kelincahan, refleks, dan ritme. Kini, permainan ini diwujudkan dalam game platformer seperti “Geometry Dash” atau “Subway Surfers.”

Pemain harus melompat di saat yang tepat, menghindari rintangan, dan menjaga irama permainan.

Konsep melompat yang dulu dilakukan dengan tubuh kini cukup dengan sentuhan di layar.

6. Engklek Menjadi Game Parkour Virtual

Engklek mengasah keseimbangan, fokus, dan ketangkasan melompat dari satu kotak ke kotak lain.

Konsep ini diterjemahkan ke dalam game parkour virtual seperti “Vector” dan “Parkour Race.”

Pemain melompati gedung-gedung, meluncur di dinding, dan berlari secepat mungkin menuju garis akhir.

Dari melompat di petak kapur hingga gedung pencakar langit, esensinya tetap sama.

7. Balap Karung Jadi Game Lari Kompetitif

Balap karung mengajarkan daya juang dan ketahanan. Konsep balapan ini dapat ditemukan dalam game seperti “Fun Run” dan “Fall Guys.”

Pemain berlomba-lomba menuju garis finish dengan rintangan di sepanjang lintasan.

Jika di balap karung rintangannya adalah menjaga keseimbangan di dalam karung, di game online rintangannya bisa berupa putaran baling-baling atau platform yang bergerak.

8. Tapak Gunung ke Game Climbing Adventure

Tapak gunung adalah permainan mendaki bebatuan, tebing, atau struktur tinggi.

Konsep memanjat ini diterjemahkan dalam game climbing adventure seperti “Getting Over It with Bennett Foddy” dan “Climby.”

Pemain harus mengontrol karakter yang memanjat rintangan sulit, dengan tingkat frustrasi yang sama seperti saat gagal memanjat tapak gunung di dunia nyata.

9. Ular Naga Panjangnya ke Game Endless Runner

Ular naga dimainkan dengan peserta saling berpegangan, mengikuti pemimpin yang berkelok-kelok.

Pola ini menginspirasi konsep endless runner seperti “Temple Run” dan “Sonic Dash.”

Pemain harus berlari tanpa henti, menghindari rintangan, dan mengikuti jalur yang berkelok-kelok.

Esensi mengikuti arus yang berkelok tetap ada, hanya medianya yang berubah.

10. Benthik ke Game Slinger Physics

Benthik adalah permainan memukul tongkat kecil agar terlempar sejauh mungkin.

Konsep ini diadopsi oleh game berbasis fisika slinger, seperti “Stickman Dismounting” atau “Catapult King.”

Pemain harus menentukan sudut, kekuatan, dan momentum yang tepat agar lemparan atau lontaran berhasil.

Sensasi keberhasilan saat tongkat terlempar jauh kini tergantikan dengan pujian dalam game.

Dari Lapangan ke Layar: Transformasi yang Mengakar

Perpindahan permainan dari lapangan ke layar tidak hanya soal perubahan fisik, tapi juga pengalihan nilai-nilai.

Permainan tradisional mengajarkan kerja tim, strategi, ketangkasan, dan kesabaran.

Konsep ini masih dipegang oleh game modern, hanya saja dibalut dengan grafis dan teknologi canggih.

Bagi generasi saat ini, game online mungkin terlihat futuristik, tetapi sejatinya mereka adalah warisan dari permainan tanah lapang.

Lewat layar kaca, memori masa lalu bertemu dengan teknologi masa kini, menghadirkan pengalaman bermain yang abadi.(*)

- Advertisement -
Share This Article