SastraNusa – Berdah adalah sebuah kesenian musik tradisional yang memiliki akar yang dalam dalam budaya Arab, khususnya di kalangan masyarakat Melayu.
Kesenian ini tidak hanya terbatas pada fungsi hiburan, tetapi juga memainkan peran penting dalam menyampaikan nilai-nilai moral dan ajaran agama kepada masyarakat.
Berdah sering kali dipertunjukkan dalam acara-acara penting, baik itu upacara keagamaan maupun perayaan budaya, menciptakan suasana yang kaya akan makna.
Salah satu elemen utama dari berdah adalah gendang berdah, sebuah alat musik yang memiliki konstruksi unik. Gendang ini terbuat dari kulit kambing yang diregangkan di atas rangka kayu marabungkal.
Rangka yang kokoh memberikan resonansi yang khas, sedangkan kulit kambing memberikan suara yang mendayu-dayu, menciptakan nuansa.
Dimainkan oleh beberapa orang dengan 1 orang khalifah. Pukulan gendang dibagi pada beberapa tingkatan mengikuti lagu/zikir yang dilatunkan.
Berisikan puji-pujian terhadap Nabi Muhammad SAW, riwayat zikir, dan pesan-pesan moral, agama, dan nasehat-nasehat dalam masyarakat sekitar
Ketepatan dalam teknik memainkan alat ini sangat penting, karena setiap ketukan membawa pesan dan emosi yang beragam. Sehingga, proses produksi berdah itu tidak hanya teknis, tetapi juga memiliki nilai filosofis yang mendalam.
Signifikansi budaya Melayu yang terkandung dalam kesenian tersebut sangat jelas terlihat dalam lirik dan tema yang diangkat.
Berdah mengandung berbagai gagasan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, moralitas, dan aspek spiritualitas yang dekat dengan masyarakat.
Melalui pertunjukan yang energik dan interaksi yang dinamis antara penampil dan penonton, berdah menciptakan ruang untuk refleksi dan introspeksi.
Dengan demikian, kesenian berdah tidak hanya berfungsi sebagai sarana hiburan, tetapi juga sebagai medium untuk memelihara dan memperkuat identitas budaya yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Fungsi dan Peran Berdah dalam Kegiatan Masyarakat
Kesenian berdah memiliki fungsi penting dalam struktur sosial dan budaya masyarakat. Dalam berbagai acara, seperti pernikahan, berdah berperan sebagai elemen penyejuk dan penyatupersatuan yang menghadirkan keindahan melalui irama dan gerak.
Misalnya, dalam pernikahan, pukulan gendang berdah dapat menyemarakkan suasana, menjadikannya lebih meriah, dan menciptakan keterikatan emosional antara para tamu dan pengantin.
Selain itu, kedalaman makna ritual dan kehadiran berdah juga menjadi simbol harapan untuk kebahagiaan dan kesejahteraan dalam keluarga yang baru dibentuk.
Dalam konteks perayaan hari-hari besar Islam, seperti Idul Fitri dan Idul Adha, seni berdah memainkan peran serupa. Musik dan irama yang dihasilkan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari upacara dan kegiatan yang dilakukan masyarakat.
Melalui gendang dan vokal zikir yang harmoni, berdah menghidupkan suasana penuhan jiwa kolektif pada momen yang sakral ini, menjadikannya pengalaman yang lebih bermakna bagi para peserta.
Ini juga mencerminkan bagaimana tradisi lisan dan musik bisa menguatkan ikatan sosial antar anggota komunitas.
Lebih lanjut, dalam konteks hiburan bernuansa adat, seni berdah tidak hanya berfungsi sebagai alat hiburan, tetapi juga sebagai media transmisi nilai-nilai budaya dan sejarah.
Melalui pertunjukan, penonton mendapatkan wawasan mengenai warisan budaya mereka, dan secara tidak langsung berkontribusi pada pelestarian tradisi ini.
Pukulan gendang dibedakan dalam tingkatan berdasarkan lagu atau zikir yang dilantunkan, hal ini menciptakan atmosfer khas yang membedakan setiap peristiwa dan memastikan keunikan setiap penyampaian.
Melalui seni berdah, kehidupan masyarakat tidak hanya terjaga, tetapi juga berkembang dan berevolusi sesuai dengan isi zaman.
Akulturasi dan Penyebaran Berdah di Asia Tenggara
Berdah, sebagai bentuk kesenian tradisional yang khas, dibawa ke Asia Tenggara oleh para pedagang Arab yang menjelajahi wilayah ini. Terutama di daerah Terengganu, Malaysia, berdah mulai dikenal dan mengalami proses akulturasi yang mendalam dengan budaya lokal.
Dalam perjalanan sejarahnya, seni berdah telah beradaptasi dengan tradisi dan kepercayaan masyarakat setempat, menciptakan sebuah bentuk seni yang tidak hanya melestarikan nilai-nilai asalnya, tetapi juga mencerminkan kekayaan budaya yang ada di kawasan tersebut.
Di Terengganu, misalnya, pengaruh Arab dalam seni berdah terlihat jelas melalui penggunaan alat musik, kostum, dan tema yang diangkat dalam pertunjukan.
Masyarakat lokal turut berpartisipasi dalam melestarikan seni ini, di mana mereka menggabungkan elemen-elemen budaya Melayu dengan aspek-aspek yang dibawa oleh para pedagang.
Hasilnya adalah sebuah tradisi yang tidak hanya unik, tetapi juga kaya akan makna sosial dan spiritual bagi masyarakat.
Selain di Malaysia, kesenian berdah juga memiliki jejak penyebaran yang signifikan di Indonesia. Beberapa daerah seperti Muaro Jambi dan Indragiri Hilir menjadi pusat pengembangan seni berdah yang menunjukkan bagaimana tradisi ini diterima dan diadaptasi oleh masyarakat setempat.
Keduanya tidak hanya meneruskan warisan budaya ini, tetapi juga memperkaya khazanah seni dan budaya Indonesia.
Proses akulturasi yang terjadi menciptakan berbagai variasi dalam seni berdah, di mana elemen-elemen lokal diterapkan dalam pertunjukan serta elemen kreativitas lainnya.
Secara keseluruhan, akulturasi berdah di Asia Tenggara menunjukkan bagaimana interaksi yang positif antara budaya yang beragam dapat menghasilkan kontribusi signifikan bagi masyarakat.
Dengan mempertahankan esensi asli seni berdah sambil merangkul pengaruh baru, tradisi ini terus hidup dan berkembang dalam konteks yang lebih luas.
Pentingnya Pelestarian Tradisi Berdah bagi Generasi Muda
Tradisi Berdah merupakan salah satu warisan budaya yang memiliki nilai penting dalam masyarakat.
Bagi generasi muda, memahami dan melestarikan tradisi ini sangatlah krusial, tidak hanya untuk menjaga keberadaannya, tetapi juga untuk memperkuat identitas budaya di tengah arus globalisasi.
Kesenian ini menyimpan makna mendalam dari sejarah yang telah diwariskan, yang dapat menjadi titik tolak bagi generasi penerus untuk memahami jati diri mereka.
Partisipasi generasi muda dalam pelestarian tradisi Berdah dapat mengukuhkan rasa kebersamaan dalam komunitas.
Setiap pertunjukan dan ritual berdah menciptakan ruang bagi interaksi sosial di antara anggota masyarakat.
Melalui kegiatan ini, generasi muda tidak hanya mendapatkan pengetahuan mengenai seni tradisional, tetapi juga membangun keterikatan yang lebih erat dengan sesama, serta mengembangkan kepedulian terhadap lingkungan sosial mereka.
Terlebih, kesenian ini menjadi sarana untuk memperkuat rasa toleransi dan saling menghargai dalam keragaman budaya yang ada.
Penting juga untuk dicatat bahwa pelestarian tradisi Berdah bukan hanya tentang menjaga ritual dan pertunjukan fisik, tetapi juga tentang merawat nilai-nilai yang menyertainya.
Dengan mempelajari tradisi ini, generasi muda diharapkan dapat memahami filosofi di balik setiap gerakan dan lagu, serta bagaimana semua ini berkontribusi pada pembentukan karakter mereka.
Ini merupakan kesempatan bagi mereka untuk menginternalisasi pelajaran penting mengenai kerja keras, kerjasama, dan penghormatan terhadap nenek moyang.
Oleh karena itu, sangatlah penting bagi semua pihak untuk mendorong generasi muda tidak hanya untuk mengamati, tetapi juga berkontribusi langsung dalam melestarikan tradisi Berdah.
Mereka ditantang untuk menghayati dan meneruskan tradisi ini, sehingga bisa dinikmati oleh generasi yang akan datang.
Dengan demikian, pelestarian tradisi Berdah tidak hanya menjadi sebuah kewajiban, melainkan sebuah kesempatan untuk memperkaya kehidupan masyarakat secara keseluruhan.(*)