Selamatan Weton Jawa Masih Terjaga, Begini Simbol Sesjiannya

Ahmad Masrufi By Ahmad Masrufi
5 Min Read
a table with a bowl of food on top of it
Selamatan Weton Jawa Masih Terjaga, Begini Simbol Sesjiannya (Ilustrasi)
- Advertisement -

SastraNusa – Di sepanjang wilayah Pantura Gresik termasuk di Dusun Kaliagung Desa Tiremeggal Kecamatan Dukun, tradisi slametan weton atau baca’an weton masih dilestarikan oleh masyarakat setempat. Tentunya hal itu, sebagai bagian dari warisan budaya Jawa yang masih eksis dipertahankan hingga kini.

Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk peringatan terhadap hari kelahiran seseorang berdasarkan kalender Jawa, yang berbeda dari kalender Masehi.

Dalam kalender Jawa, setiap individu memiliki “weton,” yaitu kombinasi hari lahir dan pasaran yang berulang setiap 35 hari sekali.

Makna Spiritual dan Kebersamaan Sosial

Tradisi slametan weton di Gresik bukan hanya sekedar ritual keagamaan, tetapi juga menjadi ajang mempererat ikatan sosial di antara tetangga.

- Advertisement -

Dalam acara ini, warga diundang untuk berkumpul dan berdoa bersama, memohon keberkahan bagi orang yang diperingati wetonnya.

Bagi keluarga yang menyelenggarakan, acara ini adalah ungkapan syukur kepada Yang Maha Kuasa atas kesehatan, rezeki, dan keselamatan.

Selain berdoa, makanan menjadi elemen penting dalam tradisi ini. Hidangan yang disajikan tidak sembarangan, namun memiliki makna simbolis yang mendalam.

Tumpeng, sebagai pusat dari sajian, melambangkan puncak kehidupan dan harapan agar keluarga senantiasa diberi kekuatan dan ketentraman.

Tumpeng dikelilingi oleh sayuran, lauk pauk yang merepresentasikan dualitas kehidupan, yakni keseimbangan antara baik dan buruk, terang dan gelap.

- Advertisement -

Proses Pelaksanaan

Persiapan slametan weton dimulai dari memasak tumpeng dan sayur-sayuran yang direbus. Selain itu, jenang merah dan putih, yang menjadi ikon utama, disajikan untuk mencerminkan harapan agar kehidupan orang yang diperingati wetonnya selalu dilimpahi keselamatan.

Makanan seperti bothok dan pelas juga dibuat sebagai bagian dari sajian wajib. Dalam tradisi ini, orang tertua dalam keluarga biasanya akan memimpin doa dalam bahasa Jawa, memohon keselamatan dan kesehatan bagi orang yang berulang tahun wetonnya.

Setelah doa selesai, jenang putih akan dimakan oleh orang yang diperingati wetonnya sebagai simbol kekuatan dan keselamatan.

- Advertisement -

Uniknya, slametan weton tidak hanya sekedar perayaan keluarga, tetapi juga melibatkan seluruh komunitas di sekitar. Mengundang tetangga menjadi bagian penting dalam tradisi ini, mencerminkan nilai kebersamaan dan gotong royong.

Dalam suasana kebersamaan, setelah doa selesai, warga yang diundang akan makan bersama. Hal ini bukan hanya bentuk syukur tetapi juga cara untuk menjaga kerukunan dan keharmonisan dalam masyarakat.

Filosofi Weton dan Perannya di Masyarakat

Weton, bagi masyarakat Gresik Pantura dan sebagian besar masyarakat Jawa, tidak hanya sekedar hari kelahiran.

Weton diyakini memiliki pengaruh pada kehidupan seseorang, seperti peruntungan, kesehatan, dan bahkan rezeki.

Oleh karena itu, slametan weton adalah salah satu cara untuk menjaga keharmonisan alam spiritual dengan dunia nyata, dengan harapan segala keberkahan bisa dilimpahkan kepada yang diperingati wetonnya.

Di Gresik Pantura termasuk Kaliagung, tradisi ini masih kuat dilakukan, meskipun dalam bentuk yang lebih sederhana dibandingkan zaman dahulu.

Modernisasi yang perlahan menggeser beberapa aspek tradisional tidak menghilangkan makna utama dari tradisi ini, yaitu syukur dan kebersamaan.

Weton juga dianggap sebagai salah satu cara masyarakat untuk menjaga hubungan baik dengan leluhur, melalui doa-doa yang dipanjatkan selama acara.

Editor: Fauzi

Nilai Kebudayaan dan Kelestarian

Dalam konteks masyarakat Jawa, tradisi wetonan telah ada sejak berabad-abad silam. Di Gresik, terutama wilayah Pantura, tradisi ini terjaga baik meskipun ada pengaruh modernisasi.

Bagi warga di wilayah ini, menjaga tradisi weton merupakan bagian dari upaya mempertahankan identitas budaya mereka. Setiap unsur dalam prosesi, mulai dari makanan hingga doa, mengandung filosofi mendalam yang diwariskan secara turun-temurun.

Namun, tantangan bagi generasi muda adalah bagaimana mempertahankan tradisi ini di tengah perubahan sosial yang cepat.

Banyak di antara mereka yang mulai meninggalkan tradisi slametan weton karena dianggap kurang relevan.

Meski begitu, bagi sebagian besar warga Gresik Pantura, tradisi ini tetap penting, bukan hanya sebagai ritual keagamaan, tetapi juga sebagai cara memperkuat jalinan sosial di masyarakat.

Pada akhirnya, tradisi slametan weton tetap menjadi bagian penting dari identitas budaya Jawa di Gresik Pantura.

Melalui tradisi ini, nilai-nilai kebersamaan, syukur, dan harapan tetap dilestarikan, menjadikan masyarakat Gresik Pantura sebagai salah satu penjaga warisan budaya Jawa yang kaya akan filosofi dan nilai kehidupan.

Tradisi ini adalah cerminan dari hubungan manusia dengan Sang Pencipta, alam semesta, dan sesama manusia, sebuah hubungan yang harus dijaga agar harmoni tetap terjaga.

Dengan demikian, tradisi slametan weton di Gresik Pantura tidak hanya berfungsi sebagai ritual pribadi, tetapi juga sebagai medium untuk menjaga nilai-nilai kebersamaan dalam masyarakat yang terus berubah.

Tradisi ini menjadi pengingat bahwa di balik modernitas, ada kearifan lokal yang harus dilestarikan agar jati diri budaya tetap hidup dan diteruskan kepada generasi berikutnya.(*)

Editor: Fauzi

- Advertisement -
Share This Article