SastraNusa – Di sebuah warung kopi di pusat kota Sampang Madura, sekelompok anak muda duduk sambil menikmati secangkir kopi dan bercanda tawa.
Yang menarik perhatian bukan hanya gaya berpakaian mereka yang kasual, tetapi juga potongan batik yang dipadukan secara unik, yaitu kemeja oversized batik dengan jeans sobek, rok batik mini dipadukan dengan sneakers berwarna cerah.
Batik, yang dulunya dikenal sebagai pakaian formal dan tradisional, kini tampil segar dan penuh gaya di tangan generasi Z.
Diketahui, batik bukan lagi hanya simbol budaya yang disimpan untuk acara-acara khusus, melainkan menjadi bagian dari identitas dan ekspresi anak muda modern.
Inilah fenomena Batik Reborn, namun bagaimana seni kuno ini kini mendapatkan sentuhan modern dari generasi muda, membuatnya kembali hidup di tengah tren fashion yang terus berkembang.
Batik, dari Warisan Kuno ke Gaya Modern
Selama berabad-abad Batik telah menjadi bagian dari budaya Indonesia yang tidak terpisahkan. Seni ini melibatkan teknik pewarnaan kain dengan lilin yang kemudian diukir dengan motif-motif rumit.
Setiap daerah di Indonesia memiliki motif batik yang khas seperti Batik Solo, Batik Yogyakarta, Batik Madura hingga Batik Pekalongan.
Adapun dulu, batik sering dianggap sebagai pakaian resmi yang identik dengan upacara adat, acara formal, atau dikenakan oleh kalangan tertentu.
Namun, seiring berjalannya waktu, batik mulai beradaptasi dengan perubahan gaya hidup masyarakat, terutama di kalangan anak muda.
Generasi Z, yang dikenal kreatif dan penuh inovasi, melihat batik bukan hanya sebagai bagian dari warisan budaya, tetapi juga sebagai kanvas untuk berekspresi.
Mereka memadukan batik dengan fashion modern, mulai dari streetwear hingga gaya kasual sehari-hari.
Batik tidak lagi terpaku pada kain panjang yang dipakai saat acara formal, tetapi juga dihadirkan dalam bentuk jaket bomber, hoodie, bahkan sneakers.
Inilah yang membuat batik kembali relevan dan diminati oleh anak muda.
BagaimanaTren Batik di Kalangan Gen Z?
Menurut laporan dari Indonesia Fashion Forward pada tahun 2023, penjualan produk batik modern meningkat sebesar 45 persen dalam tiga tahun terakhir, dengan sebagian besar pembeli berasal dari kalangan generasi Z dan milenial.
Tren ini didorong oleh kolaborasi antara desainer lokal dengan platform fashion daring yang menjual batik dengan sentuhan modern.
Artinya, banyak brand fashion lokal yang kini mengeluarkan koleksi batik streetwear, dan ini terbukti berhasil menarik perhatian anak muda.
Selain itu, data dari Google Trends menunjukkan peningkatan pencarian terkait “batik modern” dan “batik streetwear” di Indonesia pada tahun 2024, terutama di kalangan pengguna berusia 18-25 tahun.
Ini menjadi bukti bahwa minat terhadap batik di kalangan anak muda terus tumbuh, terutama ketika batik mulai dipandang sebagai sesuatu yang keren dan bisa dikenakan dalam situasi santai.
Kreativitas Gen Z Menghidupkan Kembali Batik dengan Gaya
Anak muda saat ini dikenal dengan semangat bereksperimen dan kreativitas tinggi. Mereka tidak segan-segan memadukan budaya tradisional dengan elemen-elemen modern untuk menciptakan sesuatu yang baru.
Dalam hal batik, Gen Z berani memberikan sentuhan yang berbeda, menggabungkan motif klasik dengan desain kekinian.
Mereka mengambil motif-motif batik klasik seperti parang atau kawung, lalu menggabungkannya dengan potongan pakaian yang lebih berani dan eksperimental.
Selain itu, media sosial juga berperan besar dalam menyebarkan tren batik modern. Instagram, TikTok, dan platform lainnya dipenuhi dengan konten fashion yang menampilkan cara-cara kreatif memadukan batik dengan pakaian kasual.
Tidak hanya itu, para influencer dan content creator juga turut memperkenalkan batik kepada pengikut mereka melalui kolaborasi dengan brand-brand lokal.
Kolaborasi antara desainer muda dengan pengrajin batik tradisional juga mulai berkembang.
Beberapa desainer muda bahkan mulai mengeksplorasi teknik pewarnaan yang lebih ramah lingkungan, seperti menggunakan pewarna alami dari tumbuhan, sehingga tidak hanya menciptakan karya yang estetis, tetapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan.
Pengaruh Media Sosial terhadap Tren Batik
Menurut data dari Statista pada tahun 2024, sekitar 70 persen pengguna media sosial di Indonesia menghabiskan rata-rata 3-4 jam per hari di platform seperti Instagram dan TikTok, dengan 60 persen konten yang mereka konsumsi terkait dengan fashion dan gaya hidup.
Hal ini menunjukkan betapa besarnya peran media sosial dalam membentuk tren fashion, termasuk batik modern.
Google Analytics juga mencatat bahwa pencarian terkait “cara memadukan batik” dan “OOTD batik” meningkat sebesar 35persen pada awal tahun 2024.
Hal ini semakin diperkuat oleh Lazada Fashion Report yang menunjukkan bahwa penjualan pakaian batik modern meningkat signifikan saat kampanye belanja online besar-besaran seperti Harbolnas (Hari Belanja Online Nasional).
Dalam satu kampanye tersebut, batik modern berhasil menduduki peringkat tiga besar kategori pakaian paling laris.
Tantangan dan Masa Depan Batik di Tangan Gen Z
Meski batik modern kini semakin digemari, masih ada tantangan besar dalam menjaga keaslian dan keberlanjutan dari seni batik itu sendiri.
Beberapa pengrajin batik tradisional merasa khawatir bahwa modernisasi batik akan mengaburkan makna dan nilai budaya yang terkandung dalam setiap motifnya.
Mereka khawatir bahwa anak muda hanya melihat batik sebagai tren fashion tanpa memahami filosofi dan sejarah panjang di balik motif-motif tersebut.
Namun, di sisi lain, modernisasi batik juga bisa dilihat sebagai bentuk pelestarian yang relevan dengan zaman.
Dengan menyesuaikan diri dengan tren fashion modern, batik dapat terus hidup dan diminati oleh generasi-generasi berikutnya.
Dalam hal ini, penting bagi generasi muda untuk tetap belajar dan memahami nilai-nilai yang terkandung dalam batik, sehingga mereka tidak hanya mengenakannya sebagai fashion statement, tetapi juga sebagai penghormatan terhadap budaya leluhur.