SastraNusa – Di tengah riuhnya dunia yang terus berubah, di mana teknologi dan media sosial mendominasi ruang kreativitas, sebuah oase muncul di lingkungan Pondok Pesantren Sunan Drajad, Paciran Lamongan.
Oase ini bukan hanya sekadar tempat berkumpul; ia adalah Teater Ababil, sebuah entitas yang merangkum semangat, kreativitas, dan ekspresi para santri.
Pelantikan pengurus baru Teater Ababil untuk periode 2024/2025 pada tanggal 10 Oktober 2023, menjadi momentum penting yang tidak hanya menandai pergantian kepemimpinan, tetapi juga mengukuhkan keberadaan teater sebagai sarana penting dalam pengembangan karakter dan keterampilan seni.
Acara pelantikan yang dihadiri oleh sekitar 77 anggota teater ini berlangsung dalam suasana khidmat, menciptakan nuansa penuh harapan dan semangat baru.
Dalam setiap detik acara, terlihat jelas bagaimana para anggota teater saling mendukung dan menguatkan, menandakan bahwa di dalam setiap individu yang terlibat terdapat rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap keberlangsungan teater.
Teater Sebagai Sarana Ekspresi
Teater Ababil bukan sekadar kelompok seni; ia adalah wadah bagi para santri untuk mengekspresikan diri. Dalam dunia yang sering kali membatasi suara individu, teater memberikan ruang bagi setiap anggota untuk berbicara, berimajinasi, dan menciptakan.
Hal ini penting, mengingat generasi muda saat ini sering kali terjebak dalam tekanan sosial yang mengharuskan mereka untuk conform dengan norma-norma tertentu.
Momen pelantikan ini diisi dengan berbagai penampilan seni, mulai dari puisi hingga drama pendek yang menggugah. Melalui penampilan ini, santri tidak hanya berlatih keterampilan seni, tetapi juga membangun kepercayaan diri.
Mereka belajar bahwa setiap emosi yang dirasakan bahagia, sedih, marah, atau bingung adalah bagian dari perjalanan manusia yang sah. Dalam konteks pesantren, di mana norma agama sering kali menjadi pedoman, teater mengajak santri untuk merenungkan makna dari setiap perasaan itu, menjadikan mereka lebih peka terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar.
Apa Tantangan Teater Pesantren?
Di era digital saat ini, tantangan yang dihadapi generasi muda semakin kompleks. Terhadap hal ini, keberadaan Teater Ababil menjadi semakin relevan. Teater tidak hanya melatih kemampuan seni, tetapi juga keterampilan komunikasi, kerjasama, dan analisis kritis.
Pengurus baru yang dilantik memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan bahwa teater tetap relevan dengan perkembangan zaman. Mereka harus mampu mengintegrasikan teknologi ke dalam kegiatan teater, misalnya dengan memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan pertunjukan dan menjangkau audiens yang lebih luas.
Dalam konteks ini, penting bagi pengurus baru untuk tidak hanya menjadi pemimpin, tetapi juga menjadi inovator. Mereka perlu menjawab tantangan dan mengadaptasi metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan zaman.
Misalnya, pelatihan intensif dalam pembuatan konten digital dan penyampaian pesan melalui berbagai platform. Ini adalah langkah penting agar Teater Ababil dapat bertahan dan bahkan berkembang, meski dalam keadaan yang serba digital.
Rasa Kebersamaan yang Menguatkan
Kebersamaan adalah inti dari Teater Ababil. Pelantikan pengurus baru ini bukan hanya momen peralihan, tetapi juga saat yang tepat untuk menguatkan rasa solidaritas di antara anggota.
Dalam suasana yang penuh haru, para anggota saling berbagi harapan dan impian mereka untuk teater ini. Diskusi terbuka di antara anggota menjadi landasan bagi pengurus baru untuk merancang program-program yang lebih inklusif dan inovatif.
Selama acara, beberapa anggota yang berbicara mengungkapkan rasa syukur mereka atas dukungan yang diberikan oleh senior dan pengurus sebelumnya. Ini adalah bentuk pengakuan akan pentingnya mentor dan generasi yang lebih tua dalam membimbing mereka.
Dalam dunia seni, di mana pengalaman sering kali menjadi guru terbaik, rasa terima kasih ini mengingatkan kita akan nilai dari tradisi dan pengajaran yang terus diteruskan.
Membangun Karakter Melalui Seni
Seni teater memiliki kekuatan luar biasa dalam membentuk karakter. Melalui peran yang dimainkan, para santri belajar tentang empati, rasa tanggung jawab, dan disiplin.
Mereka belajar untuk memahami berbagai perspektif, terutama ketika memerankan karakter yang berbeda dari diri mereka. Proses ini tidak hanya menambah wawasan, tetapi juga memperkaya jiwa mereka sebagai individu.
Di teater, seorang santri tidak hanya belajar untuk tampil di depan publik; mereka juga belajar untuk mendengarkan, berkolaborasi, dan beradaptasi. Karakter-karakter yang mereka mainkan sering kali mencerminkan dilema dan tantangan yang dihadapi oleh masyarakat, sehingga teater menjadi medium refleksi sosial yang kuat.
Dalam hal ini, pelantikan pengurus baru Teater Ababil bukan hanya tentang kepemimpinan, tetapi juga tentang menciptakan agen perubahan yang peduli terhadap isu-isu sosial.
Kesimpulan penulis
Pelantikan pengurus Teater Ababil MTs Sunan Drajad adalah lebih dari sekadar acara formal. Ia merupakan sebuah pernyataan bahwa seni dan kreativitas tetap hidup dan berkembang dalam komunitas pesantren.
Melalui teater, santri tidak hanya menemukan jati diri mereka, tetapi juga mengasah kemampuan yang akan berguna di masa depan. Dengan semangat yang membara dan komitmen yang kuat, Teater Ababil siap untuk menjadi oase kreativitas yang terus menginspirasi, tidak hanya bagi anggota teater, tetapi juga bagi seluruh komunitas.
Dengan harapan yang tinggi, mari kita dukung perjalanan Teater Ababil ke depan. Sebuah perjalanan yang tidak hanya membawa nama pondok pesantren Sunan Drajad, tetapi juga membangun karakter dan moralitas generasi masa depan.(*)