SastraNusa – Gresik, sebuah kabupaten di Jawa Timur, dikenal tidak hanya sebagai pusat industri, tetapi juga kota santri karena masyarakat Gresik kental sekali dengan agamanya, ada dia makam Sunan Giri dan Maulana Malik Ibrahim, di kota Pudak ini, juga sebagai tempat yang kaya akan budaya dan tradisi.
Di balik modernitasnya, terdapat berbagai ritual yang mungkin dianggap aneh oleh sebagian orang, tetapi memiliki makna mendalam bagi masyarakat setempat. Berikut adalah tujuh ritual unik yang masih dijalankan di Gresik, lengkap dengan asal-usul, makna, dan dampaknya terhadap masyarakat.
1. Ritual Buka Luwur
Ritual ini diadakan untuk membuka tutup makam ulama, seperti makam Sunan Giri, yang merupakan salah satu wali songo. Ritual ini melibatkan doa dan ziarah massal yang dilakukan oleh masyarakat setempat.
Asal-usul: Buka Luwur berakar dari tradisi penghormatan terhadap ulama dan wali. Sunan Giri, yang dikenal sebagai penyebar Islam di Jawa, menjadi pusat ziarah yang menarik banyak pengunjung.
Makna dan Simbolisme: Ritual ini melambangkan penghormatan dan pengingat akan ajaran-ajaran ulama. Masyarakat percaya bahwa dengan melakukan ritual ini, mereka dapat mendekatkan diri kepada Tuhan dan memperoleh berkah.
Perkembangan: Seiring berjalannya waktu, Buka Luwur telah menjadi agenda tahunan yang dihadiri oleh ribuan orang, tidak hanya dari Gresik tetapi juga daerah lain. Ritual ini juga semakin melibatkan unsur budaya lokal, seperti pertunjukan seni.
Dampak: Ritual ini memperkuat identitas budaya masyarakat Gresik dan menarik wisatawan, sehingga berdampak positif pada perekonomian lokal.
2. Ritual Jamasan
Jamasan adalah ritual pembersihan benda pusaka yang dilakukan secara berkala. Benda-benda pusaka ini biasanya diwariskan dari generasi ke generasi.
Asal-usul: Tradisi ini berasal dari kepercayaan masyarakat Jawa yang meyakini bahwa benda pusaka memiliki kekuatan magis. Pembersihan dilakukan untuk mengusir energi negatif.
Makna dan Simbolisme: Jamasan mencerminkan upaya menjaga warisan dan melestarikan budaya. Ini juga simbol kebersihan dan kesucian, baik fisik maupun spiritual.
Perkembangan: Ritual ini kini tidak hanya dilakukan oleh keluarga tertentu, tetapi juga oleh komunitas yang ingin menjaga kebudayaan. Pembersihan ini seringkali diiringi dengan doa dan acara syukuran.
Dampak:Jamasan membantu menjaga hubungan antara generasi tua dan muda, serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya budaya lokal.
3. Ritual Nyadran
Nyadran adalah ritual yang dilakukan menjelang bulan Ramadan untuk mendoakan arwah leluhur. Kegiatan ini melibatkan ziarah ke makam dan mengadakan doa bersama.
Asal-usul: Ritual ini berakar dari tradisi masyarakat Jawa yang menghormati leluhur. Nyadran sudah ada sejak lama dan dipraktikkan oleh berbagai komunitas di Jawa.
Makna dan Simbolisme: Nyadran melambangkan rasa syukur dan penghormatan kepada arwah leluhur. Ini juga merupakan pengingat bagi generasi muda untuk menghargai sejarah dan tradisi keluarga.
Perkembangan: Ritual ini semakin dikenal luas dan menjadi kesempatan bagi keluarga untuk berkumpul. Dalam beberapa tahun terakhir, Nyadran juga diisi dengan berbagai kegiatan budaya.
Dampak: Ritual ini menguatkan ikatan keluarga dan komunitas, serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya menghargai sejarah dan warisan.
4. Ritual Kuda Lumping
Kuda Lumping adalah pertunjukan seni tradisional yang melibatkan penari yang mengendarai “kuda” dari anyaman bambu. Dalam pertunjukan ini, penari akan mengalami trance.
Asal-usul: Ritual ini berasal dari tradisi pertanian yang melambangkan hubungan manusia dengan alam. Kuda Lumping dikenal di berbagai daerah, tetapi Gresik memiliki ciri khas tersendiri.
Makna dan Simbolisme: Ritual ini melambangkan keberanian dan kekuatan. Kuda dianggap sebagai simbol transportasi dan kekuatan, sehingga ritual ini menjadi sarana untuk menghormati alam.
Perkembangan: Kini, Kuda Lumping tidak hanya dipertunjukkan dalam acara-acara tertentu, tetapi juga sering dipentaskan dalam festival budaya dan acara masyarakat.
Dampak: Pertunjukan ini memperkuat budaya lokal dan menjadi daya tarik wisata. Selain itu, Kuda Lumping juga menjadi media untuk menyampaikan pesan-pesan moral.
5. Ritual Sedekah Bumi
Sedekah Bumi adalah ritual yang dilakukan untuk mensyukuri hasil panen dan memohon agar diberi keberkahan untuk musim tanam berikutnya. Ritual ini melibatkan doa dan sesaji.
Asal-usul: Tradisi ini telah ada sejak lama, sebagai bentuk rasa syukur masyarakat petani kepada Tuhan atas hasil panen yang diberikan.
Makna dan Simbolisme: Ritual ini melambangkan hubungan harmonis antara manusia dan alam. Masyarakat percaya bahwa dengan bersedekah, mereka akan mendapatkan rezeki yang berlimpah.
Perkembangan: Sedekah Bumi kini semakin variatif, sering disertai dengan berbagai kesenian lokal, sehingga menarik perhatian lebih banyak orang.
Dampak: Ritual ini memperkuat rasa kebersamaan dalam komunitas serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan.
6. Ritual Kembang Kuning
Kembang Kuning adalah ritual yang melibatkan penanaman bunga kuning sebagai simbol harapan dan keberuntungan. Ritual ini biasanya dilakukan pada hari tertentu yang dianggap keramat.
Asal-usul: Ritual ini berasal dari kepercayaan masyarakat Jawa yang meyakini bahwa bunga kuning membawa keberuntungan dan kebahagiaan.
Makna dan Simbolisme: Bunga kuning dalam ritual ini melambangkan harapan akan masa depan yang lebih baik. Ini juga merupakan simbol cinta dan kesucian.
Perkembangan: Ritual ini semakin populer, sering diadakan dalam acara-acara besar atau perayaan yang melibatkan banyak orang.
Dampak: Kembang Kuning membantu memperkuat rasa optimisme dan kebersamaan dalam masyarakat. Ritual ini juga menarik perhatian wisatawan yang ingin memahami budaya lokal.
7. Ritual Larung Sembelih
Larung Sembelih adalah ritual yang dilakukan sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan dengan mengorbankan hewan ternak ke sungai atau laut. Ritual ini biasanya dilakukan pada waktu tertentu dalam tahun.
Asal-usul: Ritual ini sudah ada sejak lama, berakar dari tradisi agraris yang mengaitkan keberhasilan panen dengan pengorbanan kepada dewa-dewa.
Makna dan Simbolisme: Larung Sembelih melambangkan pengorbanan dan rasa syukur. Masyarakat percaya bahwa dengan mengorbankan hewan, mereka akan memperoleh keberkahan.
Perkembangan: Seiring waktu, ritual ini semakin terorganisir dan melibatkan banyak pihak, baik dari masyarakat setempat maupun pemerintah.
Dampak: Ritual ini memperkuat ikatan sosial antarwarga dan menjadi daya tarik wisata, menciptakan kesadaran akan tradisi dan budaya lokal.
Ritual-ritual yang ada di Gresik menunjukkan betapa kaya dan beragamnya budaya Indonesia. Setiap ritual tidak hanya merupakan tradisi, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.
Dengan melestarikan ritual-ritual ini, masyarakat Gresik berusaha menjaga identitas mereka di tengah arus modernisasi yang semakin cepat. Melalui ritual-ritual ini, mereka menemukan cara untuk terhubung dengan sejarah, budaya, dan satu sama lain.(*)